Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) minta pelaku usaha di sektor pertanian untuk mengikuti tuntutan pasar global agar produk yang dihasilkan mampu menembus hambatan ekspor dari negara konsumen.Saya ingin mengajak kawan-kawan kita semua untuk sadar diri untuk disiplin terhadap tuntutan pasar global. Setiap bangsa di dunia ini berupaya mengamankan warganya dari potensi bahaya bagi kesehatan
"Saya ingin mengajak kawan-kawan kita semua untuk sadar diri untuk disiplin terhadap tuntutan pasar global. Setiap bangsa di dunia ini berupaya mengamankan warganya dari potensi bahaya bagi kesehatan," ujar Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Bambang di Jakarta, Sabtu.
Oleh karena itu, Barantan mendorong petani dan pengusaha agar menyesuaikan pangsa pasar internasional supaya produk pertanian dalam negeri bisa mendapatkan harga jauh lebih bagus.
Terkait hal itu, lanjutnya, dalam Diskusi Webinar yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN) bertemakan “Mendorong Ekspor Berbasis Kawasan", Barantan memberikan dukungan kepada upaya peningkatan ekspor pertanian sesuai program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks).
“Kami sangat terbuka dan mendukung ekspor produk andalan seperti edamame dan porang. Silakan menghubungi badan karantina pertanian di daerah masing-masing untuk berdiskusi dan berkoordinasi apabila ada kendala,” ujarnya.
Sementara itu Kepala UPT Karantina Pertanian Balikpapan, Abdul Rahman meminta petani mulai menanam porang dengan standar Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Pracliices (GHP), seperti yang persyaratan China.
Selain itu, dia juga meminta petani porang agar tidak menggunakan pupuk kimia sebagaimana yang disyaratkan dalam draf protokol ekspor chip porang ke Tiongkok.
Presiden Direktur PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT) Erwan Santoso mengatakan, selama masa pandemi tren pasar ekspor edamame menunjukkan kenaikan permintaan di negara tujuan ekspor seperti Jepang.
Menurut dia, saat ini konsumsi kedelai edamame di Jepang sebanyak 70 ribu ton/tahun, sedangkan Indonesia baru mampu memasok sebesar 3-4 persen di bawah Taiwan, China dan Thailand.
Sedangkan Ketua DPW Pegiat Petani Porang Nusantara Deny Welianto mengatakan, belum standarisasi harga porang secara nasional menjadi problem bagi petani untuk pengembangan budi daya porang secara masif.
"Selain itu, serapan pasar, tidak ada keseluruhan pabrik yang ada di wilayah tertentu. Saat ini ada kurang lebih sekitar 18-19 pabrik yang terpisah-pisah dan itu akan membuat jarak mobilisasi petani menjadi lebih berat, atau menambah biaya post produksi ketika panen," ujarnya.
Baca juga: Kementan harap pemda permudah regulasi ekspor
Baca juga: Mentan minta karantina pertanian adaptasi perdagangan internasional
Baca juga: Badan Karantina Pertanian dorong pemanfaatan aplikasi produk ekspor
Baca juga: Barantan optimalkan layanan "jemput bola" tingkatkan ekspor
Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021