"Mahasiswa pascasarjana merupakan sumber daya manusia utama periset di negara manapun," kata Handoko dalam keterangan tertulis saat kuliah umum di Universitas Indonesia (UI) yang didampingi Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, drg. Nurtami, Ph.D., Sp,OF(K), terkait urgensi dan dampak peningkatan kerja sama UI dan BRIN dalam meningkatkan jumlah inovasi nasional di kampus UI di Depok, Kamis.
Ia memaparkan periset di perguruan tinggi menurut standar Unitd Nations Educational, Scientific and Culture Organization, bukan hanya dosen, tetapi juga peneliti dan mahasiswa pascasarjana. Berdasarkan fakta tersebut, BRIN memiliki banyak skema riset untuk menghasilkan produk inovasi dengan basis periset mahasiswa pascasarjana yang sedang gencar direkrut oleh BRIN.
Baca juga: Presiden berharap Indonesia menjadi produsen teknologi
Pernyataan tersebut diimplementasikan dalam model Manajemen Talenta Nasional di bidang riset dan inovasi. Dalam model tersebut, BRIN memberikan ruang khusus bagi mahasiswa pascasarjana, baik di tingkat magister maupun doktor untuk mendapatkan dukungan biaya dan infrastruktur riset untuk penyelesaian tesis dan disertasi.
Setelah tuntas mengenyam perkuliahan, BRIN telah menyiapkan biaya beserta infrastruktur riset bagi individu yang telah menyelesaikan jenjang perkuliahan doktor.
Model yang dibuat BRIN tersebut, sangat spesifik dengan mencantumkan proyeksi umur bagi masing-masing skema dukungan riset, seperti dukungan riset untuk tesis ditujukan pada mahasiswa magister yang berusia 21- 24 tahun dan riset untuk disertasi ditujukan pada mahasiswa doktor yang berusia 23-29 tahun.
Model Manajemen Talenta Nasional di bidang riset dan inovasi tersebut tidak hanya ditujukan bagi peneliti yang mengenyam pendidikan di Indonesia saja. Warga Negara Indonesia yang mengenyam pendidikan di luar negeri pun dapat merasakan manfaat tersebut, begitu pula warga negara asing yang ada di Indonesia.
"Skema dukungan riset dalam Model Manajemen Talenta Nasional ini juga dapat dinikmati oleh para diaspora maupun warga negara asing di Indonesia yang nantinya akan berperan sebagai profesor tamu dan asisten periset," kata Handoko.
Mahasiswa doktor yang telah menyelesaikan disertasinya atas skema dukungan tersebut, akan dipekerjakan di BRIN selama 10-15 tahun sebelum dikembalikan untuk mengabdi di perguruan tinggi. Dalam jangka waktu tersebut, para periset akan mendapatkan berbagai pengalaman dan peningkatan kemampuan agar menjadi periset yang matang sebelum kembali ke perguruan tinggi.
Baca juga: Indonesia-AS optimistis kerja sama riset dan inovasi makin berkembang
Baca juga: BRIN percepat penguasaan AI untuk pemanfaatan sektor strategis
"Mahasiswa doktoral yang telah menjadi periset di BRIN tidak akan sampai pensiun berada di sini. Saya selalu menyampaikan kepada mereka bahwa waktu kalian di BRIN hanya 10-15 tahun, sampai kalian menjadi peneliti yang matang," katanya.
Kalau sudah menjadi peneliti yang matang, lanjutnya, mereka akan didistribusikan ulang ke perguruan tinggi dalam rangka menjaga sirkulasi pergantian periset agar kreativitas para periset yang telah matang ini terus terjaga dan lahir para periset muda dari perguruan tinggi.
"Program ini merupakan bentuk dukungan BRIN terhadap riset di perguruan tinggi," ujarnya.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021