Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito memprediksi bahwa virus penyebab COVID-19 akan terus ada dan menjadi bagian dari hidup masyarakat, namun ia memaparkan ada tiga modal agar Indonesia dapat merdeka dari COVID-19.Semangat kemerdekaan ini saya ingin menyampaikan bahwa tujuan dari perang melawan COVID-19 ini adalah merdeka
"Semangat kemerdekaan ini saya ingin menyampaikan bahwa tujuan dari perang melawan COVID-19 ini adalah merdeka," ujar Wiku dalam konferensi pers yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Merdeka yang dimaksud Wiku bukan berarti Indonesia dapat lepas seutuhnya dari pandemi COVID-19, akan tetapi dapat hidup berdampingan dan mencapai normal baru demi menuju masyarakat produktif yang aman COVID-19.
Baca juga: Indonesia akan memiliki 261 juta dosis vaksin hingga Desember 2021
"Merdeka bukan diartikan sebagai lepas seutuhnya dari COVID-19. Namun, mencapai kehidupan normal baru demi menuju masyarakat produktif," kata dia menegaskan.
Ia menjelaskan modal pertama yang harus dipenuhi yakni soal kepatuhan menerapkan protokol kesehatan. Tidak ada cara yang lebih efektif dan paling mudah dibandingkan patuh memakai masker dan menjaga jarak.
Menurutnya, pencegahan penularan COVID-19 harus dilakukan secara disiplin dan terus-menerus untuk mencapai kehidupan produktif yang aman COVID-19.
Berdasarkan data per 15 Agustus, masih ada sebanyak 25,59 persen desa/kelurahan dengan kepatuhan memakai masker yang rendah serta ada 26,21 persen desa/kelurahan di Indonesia dengan kepatuhan menjaga jarak yang rendah.
Baca juga: Strategi pemerintah longgarkan PPKM dan genjot vaksinasi
Data kepatuhan ini, kata dia, belum sepenuhnya menggambarkan kondisi di lapangan, karena dari 34 provinsi hanya empat provinsi yang lebih dari 50 persen desa/kelurahan yang melaporkan kepatuhan protokol kesehatan.
"Bahkan sebanyak 11 provinsi atau kurang dari 10 persen desa/kelurahannya yang sudah melapor. Hal ini penting untuk segera diperbaiki agar modal kita semakin kuat dalam menuju Merdeka COVID-19," kata dia.
Modal kedua yakni penguatan kebijakan dan koordinasi. Ia menjelaskan, memasuki 2021 kebijakan penanganan COVID-19 berfokus pada karakteristik, kondisi, dan kesiapan daerah masing-masing.
Baca juga: Satgas COVID-19: Pembukaan sektor perbelanjaan akan diperluas
Pasalnya, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota, Dengan begitu pendekatan yang dilakukan untuk penanganan COVID-19 dapat berbeda-beda setiap daerahnya.
Penguatan koordinasi melalui posko tingkat desa atau kelurahan menjadi salah satu inovasi yang diyakini masih terbaik dalam menekan laju penularan sejak dari hilir. Pembentukan posko ini akan diperluas di fasilitas publik.
Kendati demikian, pemerintah masih mendapat batu sandungan yang membuat peranan posko ini belum berjalan optimal. Dari sekitar 80.000 desa/kelurahan di Indonesia, baru sekitar 23.000 yang membentuk posko. Namun dari angka itu tidak semuanya rutin melaporkan kinerjanya, rata-rata baru sekitar 46 desa/kelurahan di tiap provinsi yang telah melaporkan.
Baca juga: Senin, lebih dari 1.200 pasien meninggal akibat COVID-19
"Tentunya hal ini juga perlu untuk terus ditingkatkan mengingat koordinasi pusat dan daerah merupakan salah satu elemen kunci dalam keberhasilan penanganan COVID-19. Posko juga menjadi tombak pengawasan dan pelaporan kepatuhan protokol kesehatan serta penanganan dini pada tingkatan terkecil," kata dia.
Modal terakhir adalah kesiapan fasilitas kesehatan. Menurutnya, saat ini kapasitas fasilitas kesehatan sudah jauh bertambah dan lebih baik dibandingkan pada awal pandemi. Hampir 117.000 dari 276.000 atau 42 persen tempat tidur di rumah sakit seluruh Indonesia telah dimanfaatkan untuk penanganan COVID-19.
Baca juga: Penerima vaksin COVID-19 dosis lengkap capai 27.793.556
Begitu pula dengan jumlah laboratorium pemeriksaan mengalami pertambahan. Saat ini terdapat 796 laboratorium di seluruh Indonesia yang memungkinkan pemeriksaan dalam jumlah banyak.
Penguatan yang juga dilakukan yakni tempat isolasi terpusat sebagai antisipasi kenaikan kasus dan penuhnya rumah sakit rujukan. Saat ini sudah terdapat lebih dari 20.000 tempat tidur dari isolasi terpusat di Jabodetabek, Bandung Raya, Solo Raya, Yogyakarta, dan Bali.
"Dengan ketiga modal ini, apabila seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah secara disiplin dan konsisten terus menguatkan dan meningkatkannya, maka bukan tidak mungkin kita akan mencapai titik di mana kita merdeka COVID-19, yaitu merdeka untuk melakukan aktivitas dan produktif seperti sediakala dengan tetap aman dari bahaya tertular COVID-19," kata dia.
Baca juga: Surakarta fokus vaksinasi COVID-19 ibu hamil dan anak di atas 12 tahun
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021