• Beranda
  • Berita
  • Bantuan tertahan, Afghanistan hadapi krisis kemanusiaan

Bantuan tertahan, Afghanistan hadapi krisis kemanusiaan

25 Agustus 2021 12:47 WIB
Bantuan tertahan, Afghanistan hadapi krisis kemanusiaan
Anggota Satgas 1-194 AS terbang ke Bandara Internasional Hamid Karzai dengan C17 Globemaster ketika menyerukan penyebaran cepat untuk mendukung Operasi Perlindungan Sekutu di Kabul, Afghanistan, Senin (23/8/2021). Gambar diambil (23/8/2021). ANTARA FOTO/Minnesota National Guard/Handout via REUTERS/WSJ/sa.

Iran, Pakistan dan Tajikistan harus menarik lebih banyak orang lewat rute darat atau udara. Rute-rute yang penting itu digunakan segera

Negara-negara tetangga Afghanistan harus membuka perbatasan darat mereka agar lebih banyak orang bisa meninggalkan negara itu, kata seorang diplomat negara anggota NATO pada Rabu.

Badan-badan kemanusiaan sebelumnya memperingatkan akan munculnya krisis kemanusiaan di Afghanistan yang kini berada dalam kekuasaan kelompok  Taliban.

"Iran, Pakistan dan Tajikistan harus menarik lebih banyak orang lewat rute darat atau udara. Rute-rute yang penting itu digunakan segera," kata diplomat yang berbasis di Kabul itu.

Risiko kelaparan, penyakit dan penganiayaan meningkat pada jutaan orang yang tetap berada di Afghanistan setelah kekacauan eksodus di bandara Kabul berakhir, kata sejumlah badan bantuan.

Presiden AS Joe Biden telah mengatakan bahwa pemerintahnya berupaya menyelesaikan evakuasi hingga 31 Agustus, namun tetap membuka peluang untuk memperpanjang batas waktu.

"Sebuah 'badai besar' akan datang akibat kemarau panjang, konflik, pelemahan ekonomi, yang diperparah oleh COVID," kata David Beasley, direktur pelaksana Badan Pangan Dunia PBB (WFP), di Doha.

Beasley menyerukan komunitas internasional untuk menyumbang 200 juta dolar dalam bentuk bantuan makanan.

"Jumlah orang yang terancam kelaparan telah meningkat pesat menjadi 14 juta."

Uni Eropa mengatakan mereka berencana menambah bantuan hingga empat kali lipat bagi Afghanistan dan tengah menjajaki kerja sama dengan PBB dalam pengiriman dan pengawalan bantuan.


Baca juga: Meksiko sambut tim robotika perempuan Afghanistan

Kepala hak asasi manusia PBB mengaku dirinya mendapat sejumlah laporan kredibel tentang adanya tindak kekerasan serius di Afghanistan, termasuk "eksekusi tanpa pengadilan" terhadap warga sipil dan pasukan keamanan Afghanistan yang telah menyerahkan diri.

Taliban mengatakan pihaknya akan menyelidiki setiap laporan tentang kekejaman.

Diplomat NATO yang menolak disebut namanya itu mengatakan sejumlah kelompok bantuan internasional sangat menginginkan agar staf lokal mereka di Afghanistan dapat diungsikan ke negara-negara tetangga.

Ribuan orang Afghanistan yang menghadapi ancaman persekusi telah memenuhi bandara Kabul sejak pengambilalihan kekuasaan.


Baca juga: Tanggapi pidato Harris, China ingatkan AS soal Afghanistan


Mereka yang beruntung dapat diangkut dalam penerbangan yang kebanyakan disiapkan oleh negara-negara Barat. Sedikitnya 70.000 orang telah dievakuasi dari Afghanistan.

Semua evakuasi asing dari negara itu harus selesai pada 31 Agustus, kata Taliban. Mereka juga meminta AS untuk berhenti mendesak ahli-ahli Afghanistan untuk meninggalkan negara itu.

Taliban yang mengambil alih ibu kota Kabul pada 15 Agustus itu telah mengatakan kepada warga Afghanistan di bandara bahwa mereka tak perlu takut dan sebaiknya pulang ke rumah.

"Kami jamin keamanan mereka," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers di Kabul pada Selasa.


Baca juga: Taliban minta AS berhenti bantu warga Afghanistan mengungsi

Biden masih membuka peluang untuk memperpanjang waktu evakuasi setelah berdiskusi dengan para pemimpin negara G7.

Dalam pidato di Gedung Putih dia mengatakan AS berlomba dengan waktu untuk memenuhi tenggat 31 Agustus ketika kekhawatiran pada serangan militan meningkat.

"Lebih cepat kita selesaikan, lebih baik," kata Biden. "Tiap hari operasi membawa risiko bagi para prajurit kita.

Dua pejabat AS yang tak mau disebut namanya mengatakan ada kekhawatiran yang meningkat tentang risiko bom bunuh diri oleh ISIS di bandara Kabul.

Sumber: Reuters

Baca juga: COVID-19 Australia catat rekor, RS di Sydney tertekan

Baca juga: Australia peringatkan negara bagian soal pembukaan kembali

Pewarta: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021