Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan tak hanya mengandalkan kebijakan suku bunga acuan dalam menghadapi kemungkinan perubahan kebijakan pengurangan likuiditas alias tapering Bank Sentral AS, The Fed pada tahun ini.Kami juga melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dalam menghadapi tapering Fed dan global spillover
"Kami juga melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dalam menghadapi tapering Fed dan global spillover," kata Perry dalam Konferensi Internasional Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan ke-15 secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia menilai, efisiensi nilai tukar rupiah dan suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tidak bisa dilihat hanya dengan teori saja di tengah keadaan yang sangat kompleks dan ketidakpastian pasar saat ini.
Maka dari itu, BI perlu mengintervensi pasar domestik melalui spot, Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), dan pembelian SBN di pasar sekunder.
"Semua ini telah kami pelajari dari krisis-krisis yang lalu," ungkap Perry.
Baca juga: Gubernur BI terus pantau risiko perubahan kebijakan The Fed
Baca juga: Powell: Federal Reseve AS bisa mulai tapering beli aset tahun ini
Dengan seluruh kebijakan moneter tersebut, Perry optimistis stabilisasi ekonomi akan lebih baik, sehingga menuju ekonomi berdaya tahan dalam menghadapi tapering Fed nantinya.
Selain itu, kebijakan makroprudensial BI juga direlaksasi dalam menghadapi situasi saat ini karena kebijakan moneter tak bisa berdiri sendirian, melalui pelonggaran rasio Loan to Value (LTV) dan lainnya.
"BI juga terus menguatkan koordinasi dengan pemerintah agar ekonomi berdaya tahan, tidak hanya untuk stabilisasi namun juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.
Baca juga: Tapering dan COVID-19 dinilai masih jadi isu sentral hingga akhir 2021
Baca juga: Gubernur BI pastikan dampak tapering Fed tak akan sebesar 2013
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021