Tak tanggung-tanggung, tim Merah Putih Paralimpiade mengakhiri "puasa" medali emas selama 41 tahun. Tidak hanya itu, perolehan medali pada edisi ini menjadi yang terbanyak sepanjang partisipasi Indonesia dalam ajang olahraga untuk atlet penyandang disabilitas tersebut.
Dua event tersebut secara kebetulan diadakan pada waktu yang berdekatan dengan dua momentum penting di Indonesia. Medali yang berhasil diraih para atlet di Olimpiade, yang digelar 23 Juli hingga 8 Agustus, menjadi kado ulang tahun Republik Indonesia.
Sementara, torehan prestasi dari atlet Paralimpiade, yang berlangsung pada 24 Agustus hingga 5 September, seolah menjadi persembahan untuk peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang diperingati setiap tanggal 9 September.
Padahal, Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, yang telah ditunda selama setahun, diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19, yang sudah pasti membatasi aktivitas para atlet dalam mempersiapkan diri untuk berlaga di dua perhelatan akbar tersebut.
Namun, para atlet berusaha sekuat tenaga berjuang untuk membanggakan nama Ibu Pertiwi.
Medali untuk negeri
Medali pertama, baik dari ajang Olimpiade maupun Paralimpiade, datang dari lifter putri Indonesia.
Adalah Windy Cantika Aisah penyumbang medali perunggu pada Olimpiade. Sementara, Ni Nengah Widiasih, atau yang akrab disapa Widi, membawa pulang medali perak pertama dari Paralimpiade.
Windy yang turun di kelas 49kg angkat besi berhasil menempati posisi ketiga tertinggi di Olimpiade Tokyo setelah mencatatkan total angkatan 194kg.
Baca juga: Windy Cantika sumbang medali pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo
Sekitar satu bulan berselang, Widi, yang turun di kelas 41kg angkat berat, berhasil berada di peringkat kedua tertinggi di Paralimpiade Tokyo setelah membukukan angkatan 98kg. Catatan tersebut menjadi rekor terbaiknya dalam kariernya sebagai atlet para-powerlifiting kelas 41kg.
Baca juga: Ni Nengah Widiasih raih medali pertama untuk Indonesia di Paralimpiade
Lifter Indonesia kembali menambah catatan medali di ajang Olimpiade Tokyo. Kali ini giliran Eko Yuli Irawan yang finis di posisi ke-2 kelas 61kg putra.
Baca juga: Eko Yuli Irawan sumbang perak untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo
Tiga hari setelah Eko menggondol perak, lifter Rahmat Erwin Abdullah menyumbangkan medali perunggu untuk Merah Putih dalam cabang angkat besi kelas 73kg setelah mencatatkan total angkatan 342kg.
Baca juga: Rahmat Erwin Abdullah raih perunggu untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo
Medali keempat dan kelima bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo datang lewat perjuangan pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan tunggal putra Anthony Ginting.
Catatan manis diukir Greysia/Apriyani dalam pertandingan final bulu tangkis ganda putri dengan mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia, sekaligus tercatat sebagai ganda putri pertama yang meraih medali emas di ajang Olimpiade.
Baca juga: Kesabaran berujung sejarah dan emas kedelapan Indonesia dari Olimpiade
Cabang olahraga bulu tangkis juga sukses menyumbang medali setelah Ginting memenangi laga penentuan perunggu. Hasil ini juga menjadi torehan prestasi tertinggi bagi Ginting dalam karier bulu tangkisnya saat debut di Olimpiade.
Sementara kontingen Olimpiade mampu membawa pulang lima medali, kontingen Paralimpiade berhasil mencatatkan lebih banyak torehan prestasi dengan total sembilan medali, melampaui target yang telah ditetapkan.
Setelah lifter Widi, pelari Sapto Yogo Purnomo meraih medali perunggu nomor lari 100 meter Paralimpiade Tokyo. Prestasi tersebut diikuti oleh David Jacobs yang juga menyumbang perunggu pada cabang olahraga para-tenis meja kelas 10 perorangan putra.
Baca juga: David Jacobs sumbang perunggu untuk Indonesia di Paralimpiade Tokyo
Para-bulutangkis, yang untuk pertama kalinya dipertandingkan di Olimpiade, menjadi cabang olahraga yang paling banyak menyumbangkan medali.
Fredy Setiawan memenangi perunggu untuk nomor tunggal putra SL4, sementara Suryo Nugroho dan Dheva Anrimusthi masing-masing meraih perunggu dan perak untuk nomor yang sama, tunggal putra SU5.
Baca juga: Indonesia bawa pulang perunggu keempat lewat Fredy
Leani Ratri Oktila membawa kemanangan di tiga nomor sekaligus. Dia berhasil finis di posisi kedua untuk nomor tunggal putri SL4, yang berarti menyumbang perak Indonesia.
Leani bersama rekannya Khalimatus Sadiyah berhasil menyabet emas untuk nomor ganda putri SL3-SU5. Dia bersama Harry Susanto juga kembali mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya setelah menjuarai laga final ganda campuran SL3-SU5.
Baca juga: Leani Ratri belum puas dengan dua emas dan satu perak di Tokyo
Selanjutnya ukir prestasi
Melangkah ukir prestasi
Selain cabang olahraga yang mendulang medali, sejumlah cabor lain juga mencoba mengukir prestasi, salah satunya selancar ombak, yang untuk pertama kalinya dipertandingkan di Olimpiade.
Debut di Olimpiade Tokyo, Indonesia berhasil mengirimkan perwakilannya untuk cabang olahraga selancar ombak. Tak hanya mewaliki Merah Putih, Rio Waida bahkan menjadi satu dari tiga peselancar yang berasal dari Asia untuk bertanding di Olimpiade.
Rio Waida juga berhasil masuk ke babak 16 besar. Hal ini, menurut Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PB PSOI), Arya Sena Subyakto, membawa dampak yang luar biasa dan animo yang kuat dari masyarakat terhadap olahraga selancar ombak.
Baca juga: Ketum KOI bilang Rio Waida punya potensi luar biasa
"Ini membuat anak-anak menjadi lebih semangat," kata Arya.
Sejauh ini, Arya melihat pemerintah telah memberikan perhatian kepada olahraga selancar. Terlebih selancar ombak telah menorehkan prestasi di SEA Games Filipina 2019, dengan berhasil memboyong dua emas, satu perak dan tiga perunggu -- dari empat nomor yang dipertandingkan.
Selancar ombak juga untuk pertama kalinya dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua. Menjadi cabang olahraga ekshibisi, selancar ombak akan mempertandingkan dua nomor, yaitu short board atau papan pendek putra dan nomor aerial atau mengudara putra, pada 22-24 September 2021.
Selancar ombak, menjadi salah satu cabang olahraga ekshibisi di PON Papua. Satu lainnya adalah esport, yang mempertandingkan empat nomor, yakni game Free Fire, Mobile Legends, eFootball PES 2021 dan PUBG Mobile.
Baca juga: Esport resmi jadi cabor eksibisi pertandingan PON XX Papua
Menariknya, esport di PON XX Papua juga menghadirkan game lokal Lokapala sebagai pertandingan persahabatan.
Keterlibatan Lokapala dalam pesta olahraga nasional yang akan dibuka 2 Oktober hingga 13 Oktober itu memiliki makna tersendiri bagi CEO Anantarupa, Ivan Chen, pengembang game bergenre multipemain yang bertarung dalam satu arena secara daring atau Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) tersebut.
"PON pertama Indonesia diselenggarakan di Surakarta, yaitu kota kelahiran saya, dan PON pertama itu untuk menunjukkan kedaulatan di dunia bahwa Indonesia ini negara berdaulat yang pada waktu itu sempat diblokade oleh Belanda," kata Ivan.
Masuknya Lokapala dalam PON dalam pertandingan persahabatan, Ivan menambahkan, juga menunjukkan kepada dunia bahwa "Indonesia juga berdaulat di dalam industri game esport."
Kehadiran PON memang erat kaitannya dengan kelahiran Hari Olahraga Nasional (Haornas), yang diperingati setiap tanggal tanggal 9 September, bertepatan dengan hari pembukaan Pekan Olahraga Nasional di Solo pada tahun 1948.
Dengan sederet medali yang berhasil ditorehkan para atlet Indonesia menjelang Haornas tahun ini, optimisme raihan prestasi dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.
Terlebih, pada Haornas tahun ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan secara resmi meluncurkan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), merupakan cetak biru pembinaan olahraga prestasi nasional agar sistematis, berkelanjutan dan masif.
Baca juga: PON 1948, Haornas dan Desain Besar Olahraga Nasional
Baca juga: Haornas dan harapan kebangkitan prestasi olahraga melalui DBON
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021