Peternakan indukan ayam atau Grand Parent Stock (GPS) dengan penggunaan teknologi industri 4.0 atau komputerisasi dan ramah lingkungan dibangun di Giriwoyo, Wonogiri, Jawa Tengah oleh PT Janu Putra Sejahtera dari Grup Janu Putra guna memproduksi GPS dan bibit ayam (DOC) berkualitas untuk peternak rakyat.Sentuhan dengan manusia juga minim, sehingga lebih bebas bakteri untuk menghasilkan produk lebih berkualitas
"Kami didukung oleh De Heus Indonesia sehingga dapat membangun kandang canggih, yang terkomputerisasi dan ramah lingkungan," ujar pendiri Grup Janu Putra Singgih Januratmoko dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Peternakan tersebut dapat menampung 20.000 ayam GPS, dengan penggunaan sel surya untuk sumber energi dan bebas dari karung plastik. "Sentuhan dengan manusia juga minim, sehingga lebih bebas bakteri untuk menghasilkan produk lebih berkualitas," kata Singgih.
Singgih mengatakan daerah Wonogiri Selatan dipilih untuk pemerataan investasi dan membuka lapangan kerja. “Saat memulai operasi, kami mempekerjakan 80 persen pegawai dari warga sekitar," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Wonogiri Setyo Sukarno mengatakan investasi peternakan di Wonogiri sangat tepat lantaran ekonominya yang terus tumbuh. Selain itu, kesadaran pentingnya protein juga kian populer di kalangan masyarakat.
"Masyarakat Wonogiri menyerap 1,7 juta kg daging ayam per tahun, sementara protein lain seperti telur mencapai 800.000 kg per tahun," katanya. Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Wonogiri memudahkan investasi, namun investor harus sangat peduli terhadap limbah mereka, baik yang mengotori tanah, udara, maupun air.
Singgih mengatakan pembangunan peternakan di lahan seluas 8 hektare tersebut bertujuan meningkatkan standar performa pembibitan GPS Grup Janu Putra ke tingkat internasional. Diharapkan Parent Stock (PS) yang dihasilkan bisa memproduksi Day Old Chicks (DOC) berkualitas tinggi.
Menurut Singgih, bekerja sama dengan perusahaan pakan ternak De Heus Indonesia dapat membantu membuka pasar ekspor telur tetas atau hatching egg (HE) ke mancanegara. "Pasar GPS untuk Myammar dan Vietnam masih terbuka lebar. Negeri-negeri tetangga itu membutuhkan sekitar 2 juta telur per tahun," katanya.
Presiden Direktur De Heus Indonesia Kay De Vreese mengatakan bahwa pasar bebas menjadi salah satu ancaman nyata peternakan mandiri atau peternakan rakyat. Dengan penerapan teknologi canggih, menurut De Vreese, dapat meningkatkan efisiensi agar para peternak mandiri bisa menghasilkan produk yang kompetitif.
Menurut De Vreese, pihaknya secara profesional telah memenuhi tuntutan dalam membangun peternakan terkait biosekuriti, kebersihan, keamanan pangan, kesejahteraan hewan dan pengurangan penggunaan antibiotik.
"Kami ingin dapat menghasilkan daging ayam yang bersih, aman, anak ayam yang berkualitas dan telur tetas yang dapat diterima oleh pelanggan baik di dalam maupun luar negeri. Kami berpartisipasi di dalam rantai makanan ini bertujuan untuk pembangunan yang berkelanjutan, stabil dan jangka panjang," ujar Singgih.
Baca juga: Peternak ayam di Blitar keluhkan harga telur semakin turun
Baca juga: Peternakan modern IPB University panen 42.700 ekor ayam
Baca juga: Stabilisasi harga, Kementan terus kendalikan produksi bibit ayam DOC
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021