• Beranda
  • Berita
  • Ada kemungkinan penderita long COVID-19 butuh perawatan ulang

Ada kemungkinan penderita long COVID-19 butuh perawatan ulang

30 September 2021 19:33 WIB
Ada kemungkinan penderita long COVID-19 butuh perawatan ulang
Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) berbicara dalam gelar wicara virtual Waspada Mutasi Virus Dengan Protokol Kesehatan di Jakarta, Kamis (30/9/2021). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak

long COVID-19 adalah para penyintas COVID-19 yang sudah sembuh, namun masih mengalami batuk, sesak, rasa mudah lelah, sakit kepala, badan atau otot nyeri.

Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan mengatakan ada kemungkinan penderita long COVID-19 membutuhkan perawatan ulang jika gejala berkembang menjadi kondisi berat.

"Umumnya ringan tetapi 5 persen dikatakan ada kemungkinan menjadi progresif, menjadi berat bahkan perlu perawatan ulang karena long COVID-nya," kata Erlina dalam gelar wicara Waspada Mutasi Virus Dengan Protokol Kesehatan di Jakarta, Kamis.

Erlina menuturkan long COVID-19 adalah para penyintas COVID-19 atau orang yang sudah sembuh COVID-19, namun masih mengalami gejala sisa seperti batuk, sesak, rasa mudah lelah, sakit kepala, badan atau otot nyeri.

"Long COVID ini adalah para penyintas yang sudah sembuh artinya hasil PCR-nya negatif tetapi kemudian masih mengalami gejala sisa, jadi kadang-kadang masih batuk masih sesak," ujarnya.
Baca juga: Pencegahan sejak terpapar virus corona kurangi risiko "long COVID"
Baca juga: Aplikasi telemedisin OkeKlinik tawarkan perawatan long COVID


Erlina mengatakan sebagian besar pasien yang mendatanginya mengaku mengalami gejala kelelahan yang mana biasanya bisa berlari 1-2 Km tiap hari, namun jalan sejauh 200 meter saja sudah merasa lelah dan sesak.

Erlina menuturkan, biasanya gejala-gejala long COVID-19 ditemukan pada pasien yang dirawat dengan derajat penyakit yang berat atau kritis.

"Tapi kalau pada OTG (orang tanpa gejala) atau yang ringan-ringan saja, jarang kita menemukan gejala-gejala long COVID ini," ujarnya.

Di samping itu, ia menuturkan badai sitokin yang menimpa para penderita COVID-19 juga menyebabkan kerusakan pada sistem organ lain, sehingga para penyintas COVID-19 butuh waktu untuk pemulihan.

Erlina mengatakan pada fenomena long COVID-19, masing-masing orang memiliki durasi pemulihan yang berbeda, ada yang bisa pulih dalam rentang waktu 4-12 pekan, tapi ada juga yang di atas 12 pekan, bahkan enam bulan masih mengalami gejala sisa atau long COVID-19.

Namun, pada sebagian besar kasus, akan kembali pulih menjadi seperti semula yang mana gejala sisa tersebut hilang sepenuhnya.
Baca juga: Tips jaga kesehatan agar tak terjadi "long COVID-19"
Baca juga: Alami "long COVID-19"? Anda perlu hati-hati berkegiatan

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021