Formula E, antara pandemi dan optimisme

8 Oktober 2021 10:50 WIB
Formula E, antara pandemi dan optimisme
Tim asistensi Komisi Pengarah dari KLHK mengambil sampel aspal yang tersisa di kawasan uji coba pengaspalan untuk Formula E di silang Tenggara Monas, Rabu (26/2/2020). ANTARA/Livia Kristianti

Formula E yang semula dijadwalkan pada Juni 2020 agar ditunda

Hari itu, Sabtu dinihari, 22 Februari 2020.

Saat itu ada uji coba pelapisan aspal pada lokasi seluas 60 meter persegi (m2) di atas bebatuan kecil kotak persegi tersusun rapi sebagai lantai (cobblestone) di bagian tenggara silang Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.

Uji coba pelapisan aspal itu bertujuan untuk mengecek kemudahan pengelupasan aspal di atas lapisan "cobblestone" setelah didiamkan selama empat hari.

Proses uji coba ini dimonitor oleh para ahli. Demikian pula pada pengelupasan, para ahli telah dimintakan pendapatnya untuk putusan akhir metode terbaik yang akan dipilih.

Secara fisik, panitia harus memilih, apakah lapisan pasir dan aspal yang dicampur (sand sheet) atau lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, berpori (geotextile) berdasarkan hasil proses pengelupasan, termasuk untuk efeknya terhadap "cobblestone" yang terlapisi.

Dua material diujicobakan dalam pengaspalan itu yakni "sand sheet" dan "geotextile" yang dikerjakan di atas lokasi dengan panjang 15 meter dan lebar empat meter.

Siapa yang melakukan uji coba dan untuk apa? Mereka adalah Komite Penyelenggara (Organizing Committee/OC) Formula E. Uji coba dilakukan untuk persiapan balap Formula E di kawasan Monumen Nasional (Monas).

Dalam balap internasional mobil listrik yang sejatinya diselenggarakan pada 6 Juni 2020. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai penyelenggaranya.

Baca juga: Monas batal jadi lokasi balapan Formula E karena beberapa pertimbangan

Uji coba ini dipimpin Deputi Bidang Teknis Formula E Jakarta Wisnu Wardhana. Pada proses uji coba aspal itu, Jakpro sebagai OC Formula E hanya menggunakan aspal kasar, belum menggunakan aspal halus.

Ini sudah cukup untuk mengukur kekuatan bila dilintasi mobil balap dan kemudahan bila nanti dikelupas lagi setelah balap selesai.

Meski dilakukan uji coba pengaspalan untuk Formula E, masyarakat yang berkunjung ke Monas tetap dapat melintasi lahan yang sudah teraspal sejak Sabtu dini hari itu.

Dalam tahap perencanaan, pengaspalan  "cobblestone" di Monas yang menjadi arena untuk ajang balap mobil listrik dimulai pada Maret 2020 dengan target pengerjaan selama 1,5 bulan.

Kawasan-kawasan yang akan diaspal di antaranya Monas bagian barat daya, barat, selatan, sedikit timur hingga tenggara.
Kondisi aspal uji coba Formula E yang bersisa di cobblestone Monas, Rabu (26/2/2020). ANTARA/Livia Kristianti/aa. 

Standar
Uji coba pengelupasan ini merupakan standar yang diterapkan oleh FIA Formula E di setiap lokasi yang digunakan untuk berlomba seperti di Roma dan Paris.

Di Paris, sirkuit Formula E mengitari situs Les Invalides yang umurnya 350 tahun. Setiap selesai gelar Formula E, aspalnya dikelupas dan kembali seperti sedia kala.

Uji coba pengaspalan ini merupakan tahap balap yang mendekati kenyataan.

Baca juga: Opsi sirkuit Formula E di Senayan hingga Pulau Reklamasi

Itu karena kesempatan menjadi tuan rumah balap internasional adalah kehormatan yang tidak gampang diraih setiap kota besar di dunia.

Keseriusan Jakpro menjadi penyelenggara balap Formula E ditunjukkan dengan agenda pendahuluan (pre event) Formula E "Jakarta E Prix 2020" di Lapangan Monas, Jakarta, Jumat, 20 September 2019.

Konvoi kendaraan listrik itu berlangsung dari Gelora Bung Karno hingga Monas.

Pada 14 Februari 2020, Jakpro bersama FIA 
(Federation internationale de l'automobile) Formula E Championship secara resmi mengumumkan penyelenggaraan balap mobil bertenaga listrik ini di kawasan Monas pada 6 Juni 2020.

Rutenya dimulai (start) dari depan Balai Kota Provinsi DKI Jakarta di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, lalu memasuki kawasan Monas melalui pintu masuk silang barat daya dekat dengan Patung Kuda Arjuna Wiwaha.

Rute tersebut terus berlanjut hingga pelataran barat dari Tugu Monas yang disiapkan untuk berputar balik ke arah pelataran selatan berlanjut ke kawasan timur dan tenggara Monas.

Usai melewati kawasan timur Monas, para pebalap kembali melewati kawasan Medan Merdeka Selatan dengan titik kenal Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) berlanjut melewati kembali Balai Kota.

Titik akhir rute itu berada di depan pelataran selatan Monas yang menjadi lokasi penentuan kemenangan dari para pebalap formula E itu.

Baca juga: Dirut Jakpro pastikan biaya Formula E tidak gunakan APBD

Jalur tersebut memiliki panjang 2,58 kilometer dan lebar jalan sekitar 9,5-12 meter dengan 12 tikungan yang terbagi atas delapan tikungan di kanan dan empat tikungan di kiri.

Lintasan yang digunakan searah jarum jam. Sebanyak 24 pebalap dari 12 tim telah mendaftar untuk mengikuti Formula E ini.

Kawasan Medan Merdeka Selatan merupakan rute terpanjang dengan panjang 680 meter.

Zona
Formula E merupakan ajang untuk sosialisasi kendaraan bertenaga non bahan bakar fosil.

Karena itu, ajang ini diharapkan bisa mendorong masyarakat menggunakan kendaraan berbasis energi berkelanjutan, termasuk listrik.

Kegiatan itu sejatinya dibagi empat zona, yakni Zona Formula E yang meliputi area utama sirkuit. Zona Ekonomi lokal berada di Jalan Medan Merdeka Barat dan Jalan MH Thamrin.

Zona Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jalan Agus Salim, Jalan Kebon Sirih, Jalan Perwira dan Lapangan Banteng.

Selain itu, ada pula Zona Konser di Stadion Gelora Bung Karno.

Baca juga: Jakpro siapkan lima lokasi Formula E alternatif selain Monas

Persiapan telah dilakukan secara matang termasuk perizinan dari Kementerian Sekretariat Negara (Setneg) terkait penggunaan cagar budaya kawasan Monas untuk balap internasional.

Namun kelanjutan dari seluruh proses yang sudah dilakukan berkata lain. Wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah memaksa penyelenggara olahraga membatalkan agendanya.

Balap Formula E yang sedianya digelar di Roma, Italia, pada 4 April 2020 ditunda karena wabah virus corona. Begitu pula seri E-prix di Sanya, China, yang seharusnya digelar pada 21 Maret 2020 ditunda.

Balapan tersebut seharusnya menjadi seri keenam dari 14 seri di musim ini dan digelar di kota pesisir di Provinsi Hainan.

Selanjutnya dijadwalkan di Seoul pada Mei dan Jakarta pada Juni 2020.

Keputusan untuk menunda tersebut untuk menjamin kesehatan dan keselamatan dari para staf, partisipan dan penonton.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 9 Maret 2020 pun secara resmi bersurat kepada Organizing Committee (OC) Jakarta E- Prix mengenai penundaan penyelenggaraan Formula E di Monas.

"Mencermati perkembangan COVID-19 di berbagai belahan dunia khususnya di Jakarta, maka penyelenggaraan Formula E yang semula dijadwalkan pada Juni 2020 agar ditunda pelaksanaannya," kata Anies dalam suratnya yang ditujukan kepada OC Jakarta E-Prix.

Baca juga: Dokumen klarifikasi Formula E muncul untuk meluruskan

Penggemar
Dengan ditunda, maka terbuka peluang untuk direncanakan lagi apabila COVID-19 telah terkendali.

Sejak 2 Maret 2020 wabah ini masih ada di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Di Indonesia khususnya Jakarta yang semula menjadi pusat wabah, sejak awal Agustus 2021 mulai landai dan diyakini terus turun.

Artinya, wabah telah terkendali sehingga muncul rencana untuk melanjutkan balap Formula E di Jakarta pada 2022.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan batik biru) melihat mobil listrik di lintasan balap Formula E di Brooklyn, New York, Amerika Serikat. ANTARA/HO-Instagram/@aniesbaswedan/aa.

Penundaan memang membuat kecewa penggemar Formula E di Indonesia yang mencapai 3,3 juta orang. Mayoritas penggemar balap ini berada DKI Jakarta dan sekitarnya.

Menurut hasil riset Sport Management Database yang berbasis di Inggris, dari jumlah fans Formula E di Indonesia ada 3,3 juta sekitar 54 persennya berasal dari kawasan DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

Usia mereka jauh lebih muda dibandingkan dengan penggemar balap Formula 1.

Ada lima aspek yang menjadi alasan warga Indonesia menyukai balap mobil bertenaga listrik itu.

Baca juga: DKI: Formula E agenda "multiyears" untuk optimalisasi infrastruktur

Aspek itu adalah mulai dari haus akan teknologi, kecintaan terhadap sesuatu yang ramah lingkungan, tawaran kemewahan, hingga kesukaan terhadap suatu merek mobil.

Biasanya yang menyukai Formula E anak-anak muda yang suka dengan teknologi canggih.

Jadi tidak heran juga jika ada penawaran, mereka akan cari yang kualitasnya terbaik atau premium.

Penyelenggaraan Formula E di Ibu Kota tentu akan menyenangkan para penggemar Formula E karena dapat menghadirkan suasana yang berbeda dari ajang balap lainnya.

Bahkan tim "manufacturing" yang terlibat di Formula E lebih banyak dibandingkan dengan Formula 1.

Kalau F1 "manufacturing brand"-nya hanya empat, tetapi kalau Formula E ini ada sembilan.

Kemayoran
Wabah COVID-19 menyebabkan adu balap itu ditunda dan penggemar olahraga ini harus bersabar hingga rencana tersebut terlaksana.

Pihak-pihak terkait termasuk Pemprov DKI Jakarta optimis bahwa rencana tersebut bakal terwujud.

Baca juga: Pemprov DKI bantah Formula E boroskan APBD

Kini saat wabah COVID-19 melandai sejak tiga bulan terakhir, suara-suara mengenai kemungkinan melanjutkan rencana telah mengemuka.

Apalagi agenda olahraga nasional maupun internasional juga makin banyak yang digelar.

Bahkan balap Formula E tidak akan menggunakan APBD, tetapi mengandalkan sponsor. Tempatnya pun tak harus di Monas tetapi tetap di DKI Jakarta.

Misalnya, di Kawasan Senayan dan Gelora Bung Karno, di Ancol atau di Kemayoran.

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo mengusulkan di Kemayoran.

Seperti halnya Monas, kawasan Kemayoran juga punya nilai sejarah dalam perkembangan Jakarta.

Sebaliknya, aneh dan mengundang polemik jika balap ini diselenggarakan di pulau reklamasi.

Jadi, kapan dan dimana?

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021