“Tidak semua UMKM punya kemampuan belajar teknologi dan di situlah generasi muda bisa hadir untuk menjadi jembatan antara pelaku UMKM dan menggunakan daya kreatifnya untuk menghadirkan produk dan jasa ke platform digital,” ujar Yudho dalam diskusi acara Wirakarya Local Heroes Festival 2021 secara virtual pada Selasa.
Ia menyebutkan Indonesia mengalami defisit talenta digital hingga 9 juta orang. Sementara itu, lanjut Yudho, data dari StartupIndonesia.co menyebutkan 60 persen dari penduduk Indonesia saat ini berusia kurang dari 40 tahun atau dengan kata lain terdapat bonus demografi.
“Jadi bayangkan, talenta digital kita defisit tapi bonus demografi kita besar. Kalau bonus demografi ini kita bisa memanfaatkannya, Indonesia akan menjadi macan Asia 2024 dan itu tinggal dua tahun lagi,” kata laki-laki yang juga merupakan dosen dan peneliti di Fakultas Ilmu Komputer UI.
Baca juga: Aksara Kawi masuk dalam tabel Unicode pertengahan 2022
Baca juga: PANDI sudah serahkan dokumen pembakuan aksara daerah ke SNI
Yudho mengatakan kini yang menjadi pekerjaan rumah bersama adalah bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan bonus demografi dan peluang besar tersebut sehingga tidak dimanfaatkan dan diambil oleh negara lain.
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun lalu menyebutkan total pengguna internet sebesar 73,7 persen dari penduduk Indonesia. Dari 73,7 persen, 55 persen di antaranya masih berbasis di pulau Jawa dan 21 persen di pulau Sumatera. Hal tersebut, kata Yudho, membuka peluang ekonomi digital untuk dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Kalau kita hadir secara digital, pengusaha besar dan pengusaha kecil peluangnya sama. Mulai dari pelaku UMKM sederhana yang menjual ratusan produk hingga pelaku usaha yang sangat serius di online marketing, bisa hadir di platform e-commerce,” ujarnya.
Yudho menekankan apabila pelaku UMKM ingin memanfaatkan teknologi digital untuk tujuan meningkatkan bisnis, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni literasi digital, ubah cara komunikasi, dan hadir di beberapa platform digital sesuai dengan tingkat kematangan bisnis.
“Yang pertama, mau tidak mau Anda harus mempelajari teknologi digital. Pemerintah sudah banyak membuat programnya, mulai dari Gerakan Nasional Literasi Digital, digital talent scholarship, digital leadership. Belum lagi yang dari pelaku industri dan startup,” katanya.
Yudho juga menggaris bawahi pelaku UMKM harus mengubah cara berkomunikasi dan berinteraksi sesuai dengan segmen pelanggan yang akan dituju. Sebagai contoh saat ini generasi muda lebih akrab dengan platform LINE, Instagram, dan TikTok, ketimbang generasi tua yang masih menggunakan WhatsApp dan Facebook.
“Kehadiran kita di platform digital itu bisa bagi dalam beberapa tingkat kematangan. Ada yang melakukan transaksi mulai dari SMS, naik sedikit menggunakan WhatsApp, Telegram, E-mail, kemudian naik lagi bisa transaksi via Instagram atau Facebook, naik lagi masuk ke e-commerce,” terangnya.
Yudho juga menyebutkan bahwa pelaku UMKM dapat membuat halaman website sendiri untuk mempromosikan produk serta jasanya dengan memanfaatkan nama domain-domain yang disediakan PANDI.
“Kalau ingin membuat situs web sendiri, PANDI sudah menyediakan BIZ.ID khusus untuk UMKM. Kalau sudah jadi perusahaan, nanti bisa ganti jadi co.id, dan sebagainya. Kalau personal bisa pakai my.id.,” tuturnya.
Baca juga: "Omnichannel" penting untuk imbangi perilaku belanja masyarakat
Baca juga: Menkop: wirausaha jadi pilihan strategis untuk milenial
Baca juga: Bosch Virtual Chef bantu UMKM kuliner bangkit pasca pandemi
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021