"Sebagai pejuang hak-hak perempuan, Ibu Roehana Koeddoes adalah teladan dan inspirasi bagi generasi penerus bangsa, utamanya kaum perempuan," kata Menteri Bintang melalui siaran pers di Jakarta, Rabu.
Roehana Koeddoes, pahlawan asal Sumatera Barat ini sebelumnya tampil sebagai Google Doodle.
Baca juga: Kemen PPPA komitmen hapus kekerasan seksual perempuan-anak
Menteri Bintang menyampaikan semangat perempuan untuk berjuang bagi kesejahteraan kaum perempuan telah digelorakan sejak dahulu sebagaimana yang dilakukan Roehana.
Beberapa perempuan bahkan menempuh perjuangan tidak hanya lewat perjuangan fisik, tetapi juga lewat pemikirannya.
"Hal itu membuktikan kalau perempuan sudah lama ikut memikirkan kesejahteraan kaumnya dan bangsa ini," ujar Menteri Bintang.
Roehana Koedoes adalah pahlawan nasional perempuan pertama berlatar belakang jurnalis di Indonesia.
Bintang mengatakan dalam memperingati Hari Pahlawan, sosok perempuan tangguh ini layak dikenal lebih jauh lagi, khususnya terkait perannya yang luar biasa bagi kemajuan kaum perempuan Indonesia.
Roehana Koeddoes lahir di Minangkabau, Sumatera Barat pada 20 Desember 1884.
Roehana adalah kakak dari tokoh perjuangan Soetan Sjahrir serta mamak tuo dari penyair Chairil Anwar.
Roehana Koeddoes dalam profesinya sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia dikenal pemberani karena tulisan-tulisannya yang menyemangati gerilyawan pejuang melawan penjajahan Belanda.
Walaupun Roehana tidak mendapatkan pendidikan formal, tetapi sejak muda ia sudah terbiasa baca tulis bahkan fasih berbahasa Belanda.
Roehana bahkan mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang.
Baca juga: Menteri PPPA sambangi rumah anak orang tuanya meninggal COVID-19
Perjuangan Roehana tidak hanya di dunia jurnalistik, ia juga memberikan perhatian untuk perempuan agar bisa belajar baca tulis, budi pekerti, keuangan, bahasa Belanda dan agama.
Perjuangannya di dunia jurnalistik tidak terhentikan.
Dirangkum dari berbagai sumber, disebutkan bahwa Roehana merupakan pelopor surat kabar Putri Hindia pada 1908.
Tidak lama kemudian, pada 10 Juli 1912, Roehana mendirikan surat kabar Soenting Melayoe di daerahnya.
Pembuatan surat kabar tersebut karena keinginannya agar perjuangannya dalam memajukan kaum perempuan di daerahnya dapat dikenal dan diketahui banyak orang.
Surat kabar Soenting Melayoe ini merupakan surat kabar pertama dimana semua yang bekerja berasal dari kaum perempuan mulai dari pemimpin redaksi, redaktur bahkan penulisnya.
Karena itu, Soenting Melayoe diduga sebagai surat kabar perempuan pertama di Indonesia.
Moto dari surat kabar Soenting Melayoe adalah dari, oleh dan untuk perempuan.
Hal tersebut dengan harapan agar semakin banyak perempuan yang ikut berjuang memajukan keseteraan antara perempuan dan laki-laki, khususnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
Pada 8 November 2019, Roehana Koeddoes mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Indonesia lewat gelar Pahlawan Nasional.
Penganugerahan dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo disampaikan kepada Gubernur Sumatera Barat dan ahli waris di Istana Negara dengan mengacu pada Keputusan nomor 120 TK Tahun 2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Roehana yang wafat pada 17 Agustus 1972, meninggalkan semangat membara untuk kemajuan kaum perempuan.
Baca juga: Sumpah Pemuda momentum penuhi hak dan perlindungan khusus anak
Baca juga: Menteri PPPA ajak semua pihak cegah perkawinan anak
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021