• Beranda
  • Berita
  • MUI sebut keserakahan manusia penyebab krisis iklim

MUI sebut keserakahan manusia penyebab krisis iklim

30 November 2021 15:01 WIB
MUI sebut keserakahan manusia penyebab krisis iklim
Tangkapan layar Ketua Lembaga Pemulihan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr Ir Hayu S Prabowo, M.Hum dalam webinar "Literasi dan Aksi Iklim Generasi Muda Religius Lintas Agama", Selasa (30/11/2021) di Jakarta. (FOTO ANTARA/Sanya Dinda)

Krisis iklim sejatinya krisis moral, dimensinya banyak. Jadi terefleksi pada kehidupan manusia modern yang kurang mengindahkan kehidupan berkelanjutan

Ketua Lembaga Pemulihan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr Ir Hayu S Prabowo, M.Hum  mengatakan keserakahan manusia menjadi salah satu penyebab krisis iklim yang mengakibatkan bencana alam.

"Krisis iklim sejatinya krisis moral, dimensinya banyak. Jadi terefleksi pada kehidupan manusia modern yang kurang mengindahkan kehidupan berkelanjutan," kata Hayu dalam webinar "Literasi dan Aksi Iklim Generasi Muda Religius Lintas Agama" yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Karena itu, katanya, krisis iklim juga perlu ditangani oleh pendekatan agama agar masyarakat menyadari bahwa alam perlu dipelihara untuk kelangsungan hidup manusia ke depan.

MUI, menurut Hayu, telah menerbitkan enam fatwa berkaitan dengan pelestarian alam, yakni Fatwa Nomor 2 Tahun 2010 tentang Daur Ulang Air, Fatwa Nomor 22/2011 tentang Pertambangan Ramah Lingkungan, dan Fatwa Nomor 4/2014 tentang Pelestarian Satwa Langka.

Baca juga: Pendekatan agama untuk tanggulangi masalah iklim-lingkungan

Baca juga: MUI godok fatwa limbah ramah lingkungan

​​​​​​​

MUI juga menerbitkan Fatwa Nomor 47/2014 tentang Pengelolaan Sampah, Fatwa Nomor 1/2015 tentang Pendayagunaan ZISWAF untuk Pembangunan Sarana Air dan Sanitasi Masyarakat, dan Fatwa Nomor 30/2016 tentang Hukum Pembakaran Hutan dan Lahan.

"Dari fatwa itu, kita kemudian membuat pedoman umum. Lalu kita adakan sosialisasi dan pelatihan bagi DAI untuk penerapannya," kata Hayu S Prabowo ​​​​​​​.
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Deputi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan perlu menggandeng generasi muda religius lintas agama untuk turut dalam pelestarian lingkungan guna mengurangi dampak perubahan iklim.

"Sebagai negara berketuhanan yang maha esa, upaya adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim dapat melibatkan unsur masyarakat berbasis keagamaan, yang banyak mengajarkan berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan. Upaya ini terutama dilakukan di antara kaum muda," katanya.

Baca juga: MUI: Krisis lingkungan salah satu bentuk krisis moral

Baca juga: Peneliti: Peran agama penting untuk usaha konservasi lingkungan

Baca juga: MUI kampanyekan masjid berwawasan lingkungan


 

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021