Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan mencapai 5,1 persen - 5,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).Perkiraan ini karena adanya pemulihan yang kuat serta pendapatan negara yang kuat disebabkan oleh melonjaknya harga komoditas
"Perkiraan ini karena adanya pemulihan yang kuat serta pendapatan negara yang kuat disebabkan oleh melonjaknya harga komoditas," kata Sri Mulyani dalam acara Peluncuran Virtual Laporan Prospek Ekonomi Indonesia di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, angka tersebut akan jauh lebih rendah dari target APBN 2021 yang telah dirancang, yakni 5,7 persen dari PDB.
Adapun realisasi defisit APBN per Oktober 2021 tercatat 3,29 persen dari PDB atau Rp548,9 triliun.
Untuk tahun 2022, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mendesain defisit APBN akan menurun ke level 4,8 persen terhadap PDB.
"Namun, desain tersebut belum mempertimbangkan dampak beberapa reformasi di bidang perpajakan maupun fiskal," tegasnya.
Kendati demikian, ia menuturkan APBN tahun 2022 akan terus mendukung proses pemulihan, dengan area prioritas yang paling utama adalah untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendidikan, kesehatan, dan belanja sosial.
Maka dari itu, area prioritas tersebut akan menerima alokasi belanja terbesar untuk anggaran tahun 2022, sehingga diharapkan ekonomi bisa tumbuh hingga 5,2 persen.
"Peran dari kebijakan fiskal masih sangat penting, terutama saat masa-masa COVID-19 ataupun pandemi ini," tutup Sri Mulyani.
Baca juga: Menko Airlangga optimis defisit APBN 2021 hanya 5,4 persen PDB
Baca juga: Kemenkeu: Pemerintah tarik utang Rp973,6 triliun biayai defisit 2022
Baca juga: Sri Mulyani prediksikan defisit APBN 2022 capai 4,7 persen
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021