Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari menyatakan program Kartu Prakerja terus berusaha memberi manfaat kepada pekerja migran Indonesia (PMI) purna kerja beraktivitas atau berusaha.
“Semoga kehadiran Kartu Prakerja dapat terus dirasakan manfaatnya oleh PMI purna kerja,” kata Denni Purbasari dalam keterangan resmi memperingati Hari Migran Internasional pada 18 Desember 2021, diterima di Jakarta pada Sabtu.
Pekerja migran juga terkena dampak pandemi COVID-19 terutama terkait penempatan. Sebelumnya dalam lima tahun terakhir pemerintah mencatat penempatan PMI mencapai rata-rata 234 ribu orang per tahun.
Datangnya COVID-19 berdampak pada penurunan jumlah penempatan PMI pada 2020 hingga 59 persen. Begitu pula dalam hal remitansi, terjadi penurunan 17,5 persen jika dibandingkan 2019.
Baca juga: Kemnaker pulangkan ratusan calon TKI yang gagal berangkat
Baca juga: Kemnaker: Kartu Prakerja tingkatkan kompetensi PMI
Merespons situasi itu, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi PMI dan keluarganya. Salah satunya dengan peningkatan keterampilan masyarakat melalui Program Kartu Prakerja, khususnya di daerah yang menjadi kantong tenaga kerja Indonesia (TKI).
Beberapa cara itu seperti meningkatkan peluang bekerja di luar negeri bagi calon PMI maupun upaya mencari pekerjaan baru di Tanah Air bagi PMI yang pulang atau purna PMI.
“Survei Evaluasi Kartu Prakerja 2020 dan 2021 memperlihatkan bahwa penerima Kartu Prakerja yang berstatus sebagai PMI purna tugas sebanyak 2,9 persen dari total penerima. Dari prosentase tersebut, sebagai 45 persen adalah perempuan,” kata Denni.
Menurut data manajemen, pada dua tahun pertama pelaksanaan program Kartu Prakerja menjaring 11,4 juta penerima manfaat.
Dari survei tersebut juga diketahui bahwa 51 persen PMI purna tugas yang menerima Kartu Prakerja mengalami perubahan status ketenagakerjaan dari sebelumnya menganggur menjadi bekerja (21 persen) dan berwirausaha (30 persen).
Denni menjelaskan bahwa terdapat lima kategori pelatihan yang paling diminati PMI purna tugas yakni pelatihan bertopik penjualan dan pemasaran (berjualan di sosial media, pemasaran jasa perbankan), makanan dan minuman (teknik memasak, usaha kedai kopi, mengolah makanan sehat).
Lalu gaya hidup (tata rias, usaha kecantikan, teknik menjahit), manajemen (metode pembayaran, menetapkan harga produk, bisnis rumahan), serta bahasa asing (pelatihan bahasa Inggris untuk wawancara atau presentasi).
“Ada ratusan jenis pelatihan disediakan oleh hampir 200 lembaga pelatihan di ekosistem Kartu Prakerja yang secara khusus bisa menyiapkan para purna PMI untuk menjadi customer service, nanny atau pengasuh bayi, dan juga jenis-jenis pekerjaan maupun sektor wirausaha lainnya,” jelas Denni.
Manfaat dari Kartu Prakerja itu dirasakan jelas oleh Anggi Sihanjaya, seorang PMI purna tugas yang sebelumnya bekerja sebagai kru pramusaji di kapal pesiar berbendera Yunani yang berbasis di Amerika Serikat.
“Begitu terima Kartu Prakerja, saya mengambil kelas bahasa Inggris untuk menajamkan kemampuan, sembari menanti kesempatan bekerja keliling dunia lagi. Selain itu, saya juga mengambil pelatihan pemasaran via sosial media (Social Media Marketing) untuk lebih memahami tren pemasaran masa kini,” kata Anggi.
Dia bersyukur bisa kembali bekerja sebagai tenaga pemasaran di perusahaan properti. Ilmu pemasaran dan penjualan yang didapat dari pelatihan Kartu Prakerja digunakan untuk memasarkan properti melalui media sosial dan dia dipercaya memimpin salah satu unit penjualan properti.*
Baca juga: Menko Airlangga: Pendaftaran Kartu Prakerja 2021 ditutup malam ini
Baca juga: Kemenpan RB: Kartu Prakerja contoh untuk jawab tantangan digitalisasi
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021