Zverev dari Jerman mengalahkan Djokovic dalam perjalanannya meraih emas di Olimpiade Tokyo dan kemudian mengakhiri tahun dengan memenangi gelar ATP Finals untuk kedua kalinya.
Djokovic memenangi tiga gelar Grand Slam tahun ini tetapi rival lamanya Rafa Nadal dan Roger Federer gagal menambah koleksi mereka di mana ketiganya saat ini sama-sama mengumpulkan 20 gelar.
Petenis nomor dua dunia Medvedev mengalahkan Djokovic di final US Open sementara Zverev juga mencapai dua semifinal Grand Slam tahun ini.
Baca juga: Medvedev tekuk Zverev, kembali bertemu Djokovic di final Paris Masters
Menuju musim baru Federer (40) masih dalam pemulihan dari operasi lutut sementara Nadal (35) sedang dalam tahap awal untuk kembali dari cedera kaki.
"Saya pikir tahun depan bisa sangat mirip dengan enam bulan terakhir dari tahun ini," kata Zverev, yang dinobatkan sebagai Olahragawan Terbaik Jerman tahun ini, dikutip dari Reuters, Kamis.
"Dulu, selalu ada pembicaraan tentang Nadal, Federer dan Djokovic -- sekarang gelar besar adalah Olimpiade, US Open, Turin (ATP Finals) dan Wimbledon, dan semuanya dimenangkan oleh Medvedev, Djokovic, dan saya. Saya tidak melihat itu akan berbeda tahun depan."
Zverev mengakhiri tahun dengan peringkat tiga dan memasang target untuk berada di nomor satu.
"Saya tahu saya tidak jauh dari itu, tetapi untuk itu saya juga harus memenangi turnamen dan Grand Slam," kata Zverev.
Baca juga: Juarai ATP Finals, Zverev incar gelar Grand Slam perdananya
Selanjutnya : jadi nomor wahid
Secara teoritis, Zverev yang berusia 24 tahun bisa saja menjadi nomor satu jika dia memenangi Australian Open dan Djokovic melewatkan turnamen karena sikapnya terhadap vaksin COVID-19.
"Situasi dengan Novak dan Australia masih menjadi tanda tanya besar," kata Zverev. "Tentu saja, saya berharap dia diizinkan bermain, itu sangat jelas."
"Ada ribuan perhitungan matematis, jika dia tidak bermain di Australia dan saya memenangi Australian Open, maka saya nomor satu di dunia dan seterusnya dan seterusnya."
"Pada akhirnya, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan (menjadi nomor satu), bukan waktunya untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sehingga secara fisik Anda bisa bermain untuk itu," ujarnya menambahkan.
Kegagalan Zverev untuk merebut gelar Grand Slam telah mengejutkan beberapa orang, tetapi dia sekarang menjadi ancaman yang konsisten pada turnamen-turnamen besar setelah awalnya berjuang untuk menunjukkan yang terbaik di antara mereka.
"Saya menjadi jauh lebih tenang. Saya juga semakin tua. Saya bukan 18 atau 19 lagi. Saya mengerti mungkin sedikit lebih banyak hal tentang kehidupan dan memahami bahwa Anda hanya harus tetap tenang dalam situasi penting," katan Zverev.
"Itu berpengaruh pada saya tahun ini."
Baca juga: Djokovic dinobatkan sebagai juara dunia ITF untuk ketujuh kalinya
Baca juga: Medvedev yakini kejayaan tenis berlanjut meski "Big Three" pensiun
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021