• Beranda
  • Berita
  • Epidemiolog: Tingkatkan pengurutan genom deteksi varian COVID-19

Epidemiolog: Tingkatkan pengurutan genom deteksi varian COVID-19

24 Desember 2021 18:29 WIB
Epidemiolog: Tingkatkan pengurutan genom deteksi varian COVID-19
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Masdalina Pane berbicara dalam diskusi virtual Membendung Transmisi Omicron di Jakarta, Jumat (24/12/2021). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak.

WGS kita sebenarnya dibanding negara-negara lain masih cukup rendah, dan yang kita lakukan adalah WGS pada kasus konfirmasi

Epidemiolog dari Universitas Indonesia Masdalina Pane mengatakan Indonesia perlu meningkatkan pengurutan genom menyeluruh (whole genom sequencing/WGS) untuk mendeteksi varian COVID-19 yang bersirkulasi di Tanah Air sehingga mempercepat intervensi pengendalian COVID-19 yang tepat sasaran.

"WGS kita sebenarnya dibanding negara-negara lain masih cukup rendah, dan yang kita lakukan adalah WGS pada kasus konfirmasi," kata Masdalina dalam diskusi virtual Membendung Transmisi Omicron di Jakarta, Jumat.

Masdalina menuturkan WGS seharusnya bukan hanya dilakukan pada kasus konfirmasi karena menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), WGS juga dilakukan pada suspek dan probable.

Baca juga: Pakar: Pengendalian COVID-19 harus tepat sasaran dan mudah dipahami

Selain itu, kuantitas dari pelaksanaan WGS juga harus ditingkatkan untuk sesegera mungkin menemukan varian-varian yang sedang bertransmisi di Indonesia.

Di lain sisi, Masdalina mengapresiasi langkah Pemerintah Indonesia dalam memperketat pengawasan dan pemeriksaan di pintu-pintu masuk negara Indonesia untuk mencegah masuknya varian Omicron ke komunitas.

"Bahkan tes PCR untuk pelaku perjalanan luar negeri dilakukan tiga kali itu kami sangat setuju sekali," ujarnya.

Baca juga: Epidemiolog UI: Satu kasus Omicron dapat tularkan pada 10-40 orang

Di samping itu, Masdalina menuturkan hasil analisis sesungguhnya menunjukkan peningkatan kasus pada bulan Januari-Februari 2021 lebih disebabkan karena infeksi varian Delta.

Saat itu, varian Delta sudah masuk di Indonesia pada 7 Januari dan 8 Januari 2021 berdasarkan hasil pengurutan genom (whole genom sequencing) yang dikumpulkan di GISAID, namun pemerintah baru merilis infeksi COVID-19 akibat varian Delta pada Mei 2021.

Baca juga: Epidemiolog sebut jurang vaksinasi mudahkan Omicron tulari masyarakat

Itu berarti ada waktu hampir 120 hari dari sejak kasus terdeteksi dengan jarak rilis pemerintah, sehingga Masdalina menilai itu sudah sangat terlambat sekali untuk intervensi pengendalian COVID-19 karena varian Delta bertransmisi dan sudah menular ke mana-mana dan mengakibatkan bom waktu lonjakan kasus COVID-19.

Oleh karenanya, penting sekali melakukan lebih banyak pengurutan genom menyeluruh dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 untuk menemukan varian-varian yang sedang beredar di Tanah Air.

Kegiatan surveilans COVID-19 juga harus ditingkatkan, sebagai upaya pemantauan terhadap penyebaran penyakit COVID-19 untuk menemukan pola perkembangan dari penyakit tersebut.

Baca juga: Epidemiolog: Gencarkan whole genome sequencing pada suspek COVID-19

Baca juga: Kemkes: Omicron tingkatkan risiko transmisi COVID-19 di rumah tangga


 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021