• Beranda
  • Berita
  • Badan Geologi komit tingkatkan pelayanan mitigasi bencana gunung api

Badan Geologi komit tingkatkan pelayanan mitigasi bencana gunung api

3 Februari 2022 16:45 WIB
Badan Geologi komit tingkatkan pelayanan mitigasi bencana gunung api
Ilustrasi - Warga mengamati Gunung Merapi dari kawasan Tunggularum, Turi, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (2/2/2022). . ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/aww.

beberapa erupsi gunung api di Indonesia memakan korban jiwa

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan mitigasi bencana gunung api mengingat Indonesia memiliki 127 gunung api aktif.

Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan pihaknya memantau 69 gunung api aktif melalui 73 pos pengamanan gunung api.

"Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan pelayanan mitigasi bencana gunung api dengan tujuan untuk mewujudkan berkurangnya korban jiwa dan rusaknya hasil pembangunan," ujarnya dalam Rapat Kerja Nasional Gunung Api Tahun 2022 di Jakarta, Kamis.

Eko menyampaikan meskipun daerah sekitar gunung api merupakan kawasan rawan bencana, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kawasan tersebut memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dengan menjadikan beberapa kawasan gunung api menjadi target destinasi wisata nasional.

Baca juga: Delegasi Jepang belajar mitigasi bencana gunung api ke Sleman
Baca juga: Badan Geologi naikkan status Gunung Semeru menjadi Siaga level 3

Kawasan gunung api juga dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan pertanian karena memiliki tanah yang subur. Menurutnya, masyarakat di kawasan tersebut sangat rentan terhadap ancaman erupsi gunung api.

"Catatan masa lalu menunjukkan bahwa beberapa erupsi gunung api di Indonesia memakan korban jiwa, memiliki dampak lain berupa terganggunya aspek ekonomi dan sosial masyarakat, serta rusaknya sarana prasarana dan hasil pembangunan lain," kata Eko.

​​​​Lebih lanjut Eko menjelaskan bahwa Badan Geologi memiliki dua dari empat unsur tugas dalam peringatan dini gunung api, yakni sistem pemantauan dan peringatan, serta sistem komunikasi dan diseminasi informasi terkait gunung api.

Keduanya harus disertai kolaborasi dengan kementerian atau lembaga lain agar mendapatkan hasil yang optimal.

"Adapun dua unsur lainnya, yaitu unsur pengetahuan risiko dan kemampuan respon masyarakat merupakan tugas kolektif dari para stakeholder," terang Eko.

​​​"Peringatan dini yang kami lakukan tidak akan memberikan hasil optimal tanpa melakukan kolaborasi dengan kementerian atau lembaga, pemerintah daerah, serta masyarakat," tambahnya.

Baca juga: Kajian komprehensif penentu relokasi wilayah terdampak letusan Semeru

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022