Studi pada kera yang mengadu vaksin booster COVID Moderna dan booster khusus Omicron tidak menunjukkan adanya perbedaan perlindungan yang signifikan, mengindikasikan bahwa booster khusus Omicron mungkin tidak diperlukan.Itu artinya kita tidak perlu merancang ulang vaksin untuk membuatnya menjadi vaksin khusus Omicron.
Hal itu disampaikan oleh tim peneliti pemerintah Amerika Serikat pada Jumat (4/2).
Studi itu melibatkan kera-kera yang sudah disuntik vaksin Moderna dua kali dan menerima booster pada bulan ke sembilan atau vaksin khusus varian Omicron.
Para ilmuwan menguji berbagai aspek respons imun hewan tersebut dan menulari mereka virus.
Baca juga: Biden akan bahas tanggapan COVID setelah CDC dukung vaksin "booster"
Peneliti menemukan kedua booster menghasilkan "peningkatan respons antibodi penetralisir yang sebanding dan signifikan" terhadap semua varian yang mengkhawatirkan, termasuk Omicron, menurut studi yang diunggah di bioRxiv menjelang tinjauan sejawat.
Baik Moderna maupun BioNTech/Pfizer sudah mulai menguji booster khusus Omicron pada uji klinis manusia.
"Ini kabar yang sangat, sangat bagus," kata Daniel Douek, peneliti vaksin di Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular yang juga memimpin studi tersebut, melalui percakapan telepon.
"Itu artinya kita tidak perlu merancang ulang vaksin untuk membuatnya menjadi vaksin khusus Omicron."
Baca juga: CDC AS dukung vaksin booster Pfizer, tapi bukan untuk nakes
Douek mengaku yakin alasannya adalah bahwa vaksin asli dan vaksin khusus Omicron mempunyai "reaksi silang," yang artinya mereka mengenali banyak varian yang berbeda.
Hasilnya persis dengan studi pengujian booster Moderna khusus varian Beta, kata Dr. John Moore, profesor mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medical College.
"Mari kita lihat apa yang ditunjukan data manusia," kata Moore. "Data pada kera secara umum cukup prediktif, tetapi anda akan memerlukan data manusia."
Satu keuntungan utama pada studi kera adalah para ilmuwan dapat meningkatkan imun pada hewan tersebut dan kemudian menginfeksi mereka dengan virus selanjutnya mengukur respons imun, satu hal yang tidak dapat dilakukan pada uji coba manusia, katanya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Panel penasihat CDC dukung 'booster' vaksin Pfizer untuk usia 12-15
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022