• Beranda
  • Berita
  • Bonus demografi dan revolusi industri jadi tantangan pekerja Indonesia

Bonus demografi dan revolusi industri jadi tantangan pekerja Indonesia

9 Februari 2022 16:48 WIB
Bonus demografi dan revolusi industri jadi tantangan pekerja Indonesia
Tangkapan layar Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemenaker) Anwar Sanusi dalam Kick Off G20 on Education and Culture yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (9/2/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Inovatif untuk melihat bagaimana peluang-peluang yang bisa kita hasilkan

Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemenaker) Anwar Sanusi mengatakan besarnya bonus demografi dan adanya revolusi industri 4.0 menjadi tantangan bagi negara untuk menyelesaikan masalah terkait para pekerja di Indonesia.

“Tantangan pekerja kita selain pandemi, sebetulnya kita dihadapkan oleh dua isu. Terutama kalau kita lihat konteks Indonesia, yakni isu pertama adalah bonus demografi,” kata Anwar dalam Kick Off G20 on Education and Culture yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Anwar menuturkan saat ini, besarnya bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia menyebabkan negara bisa mendapatkan sebanyak lebih dari dua juta pekerja baru setiap tahun, ada atau tidaknya pandemi COVID-19.

Dengan usia pekerja didominasi oleh milenial dan sebagian Z milenial. Para pekerja baru itulah yang kini dihadapkan dengan revolusi industri 4.0. Di mana pekerjaan masa depan memiliki sisi pola dan cara bekerja yang sangat berbeda dengan sebelumnya.

Bersamaan dengan itu, hadirnya pandemi COVID-19 telah membuat sebanyak 29 juta pekerja di Indonesia menjadi pengangguran, telah dirumahkan bahkan mengalami pengurangan jam kerja. Hal serupa ternyata juga memberikan dampak pada lebih dari 160 juta orang di negara-negara yang tergabung dalam G20.

“Oleh karena itu kita juga harus ibaratnya berfikir kreatif, inovatif untuk melihat bagaimana peluang-peluang yang bisa kita hasilkan. Saya rasa kalau melihat konteks Indonesia ini masih sangat luas,” ujar dia.

Baca juga: Kemnaker tegaskan usung empat isu prioritas pada Presidensi G20 Bidang Ketenagakerjaan

Baca juga: Kemnaker matangkan persiapan Presidensi G20 Indonesia 2022

Menurut Anwar, tantangan-tantangan itu dapat teratasi bila negara memanfaatkan berbagai potensi yang ada di dalamnya. Salah satunya melalui pengenalan perkembangan teknologi informasi yang didekatkan dengan konsep cerdas atau menyenangkan sehingga bisa menjadi lahan pekerjaan baru.

“Indonesia memiliki banyak potensi. Kalau kita lihat desa di Indonesia saja, itu ada 74.961 desa dan tingkat optimasi dari sisi kreativitas, ekonomi di situ masih sangat terbuka. Berkembangnya teknologi informasi, bagaimana kita juga mengintrodusir konsep-konsep yang sifatnya misalnya smart atau funny,” kata dia.

Anwar turut menambahkan, penting bagi Indonesia terus meningkatkan potensi dan kualitas para pekerja agar dapat mengantisipasi terjadinya ketertinggalan akibat mempertahankan pola pekerjaan lama yang diprediksi akan hilang di masa depan.

“Kita harus sustainable job creation. Tetap harus menjadi sebuah jawaban untuk melihat jumlah angkatan kerja yang sangat besar itu,” tegas Anwar.

Ia mengatakan apabila melalui G20 Indonesia dapat menangani kedua isu besar tersebut, terbentuknya sumber daya manusia yang unggul merupakan hal yang sangat mungkin terjadi. Namun, semua pihak betul-betul harus berkoordinasi dan terus bergotong royong menanggulangi permasalahan ketenagakerjaan itu.

“Kalau kita memang mau menciptakan lapangan pekerjaan yang terus menerus, yang kedua adalah isu yang terkait dengan sikap afirmatif kepada kelompok disabilitas, maka isu yang ketiga human capital development, ini adalah menjadi hal yang tidak bisa kita elakkan,” kata dia.

Baca juga: Menaker: Presidensi G20 RI berkomitmen bangun masyarakat inklusif

Baca juga: Menaker: Presidensi G20 RI harus hasilkan terobosan ketenagakerjaan

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022