Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi menegaskan seorang ayah ikut berperan dalam menekan angka kematian ibu (AKI) melalui keputusan pemakaian alat kontrasepsi.
“Kami dari IBI mohon partisipasi dari pria dalam mengatur kehamilan dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern. Itu sangat diperlukan jadi kerja sama antara ibu dan ayah itu penting sekali,” kata Emi dalam Konferensi Pers Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program KB dan Meningkatkan Kesehatan Reproduksi yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Menanggapi penggunaan alat kontrasepsi yang masih rendah, Emi menuturkan bila Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pilar penting yang bisa mencegah kematian ibu mengalami peningkatan.
Baca juga: Penurunan AKI perlu menjadi prioritas nasional
Dengan ayah mendukung ibu mengikuti KB, maka keluarga dapat merencanakan kehamilan yang lebih baik guna menjaga tumbuh kembang janin dengan optimal sehingga dapat lahir dengan sehat juga menghindari terjadinya stunting atau terjadinya kekerdilan pada anak.
Perencanaan kehamilan tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan salah satu alat kontrasepsi yang berbentuk seperti susuk atau IUD guna mengatur jarak antar kehamilan setelah ibu melahirkan.
“Juga untuk keluarga berencana postpartum, kita akan memberikan edukasi ANC (antenatal care) setelah melahirkan. Kita berharap, mereka langsung memilih salah satu alat kontrasepsi jangka panjang,” ujar Emi.
Namun bila ibu belum bisa memakai alat kontrasepsi setelah melahirkan, IBI bersedia memberikan edukasi seperti penggunaan kondom yang melibatkan partisipasi dari para ayah, agar dapat menekan munculnya kelahiran yang tidak diinginkan.
Menurutnya, peran ayah dalam mengambil keputusan menggunakan alat kontrasepsi itu akan berdampak pada terciptanya keluarga yang sehat, bahagia serta dapat menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi keselamatan nyawa ibu dan bayi.
Emi turut mengimbau semua bidan untuk memberikan edukasi pada masyarakat khususnya pada masa pandemi COVID-19 lewat berbagai aplikasi, agar keluarga dapat terus teredukasi serta berkonsultasi secara daring (online).
“Ayo berikan edukasi apalagi di masa pandemi ini. Kita memberikan edukasi melalui berbagai aplikasi kemudian konsultasi online. Ini sangat mudah untuk diterima, diakses oleh masyarakat,” kata dia.
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN Eni Gustina mengatakan penyebab tingginya angka kematian ibu, bayi dan juga stunting 20 persen ditunjang oleh pelayanan kesehatan. Pengetahuan keluarga dalam menggunakan alat kontrasepsi pun turut berperan menaikkan angka itu.
Menurutnya, dengan tingkat pendidikan di Indonesia yang masih rendah dan belum mencapai rata-rata sembilan tahun, masyarakat masih membutuhkan banyak informasi terkait pelayanan KB dan pelayanan bagi kesehatan reproduksinya.
Dengan terjalinnya kerja sama antara BKKBN dengan bidan, ia berharap masyarakat dapat memahami pentingnya mengatur jarak kehamilan yang dapat menyelamatkan nyawa ibu dan kualitas anak-anak bangsa.
“Dengan menggunakan kontrasepsi mereka dapat membatasi kehamilannya, dapat mengatur jarak anak, dapat merencanakan setiap kehamilan. Sehingga akan lahir anak-anak berkualitas, tanpa risiko stunting dan tentunya untuk meningkatkan sumber daya manusia di masa mendatang,” ucap Eni.
Baca juga: Pita Putih Indonesia bertekad turunkan angka kematian ibu dan bayi
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022