• Beranda
  • Berita
  • Satgas Sumut: Varian Omicron tetap berbahaya meski bergejala ringan

Satgas Sumut: Varian Omicron tetap berbahaya meski bergejala ringan

14 Februari 2022 18:12 WIB
Satgas Sumut: Varian Omicron tetap berbahaya meski bergejala ringan
Anggota Satgas Penanganan Covid-19 Sumatera Utara (Sumut) Restuti Saragih saat konferensi pers yang difasilitasi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sumut di Ruang Rapat Kantor Gubernur Lantai 2, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30, Medan, Senin (14/2/2022). (ANTARA/HO)
Meski dianggap memiliki gejala ringan, COVID-19 varian Omicron tetap berbahaya dan tidak bisa dianggap sepele karena kasus harian beberapa provinsi di Indonesia sudah melampaui kasus varian Delta pada tahun lalu.

Anggota Satgas Penanganan COVID-19 Sumatera Utara, Restuti Saragih di Medan, Senin, mengatakan kasus COVID-19 melonjak tajam, dan akan mempengaruhi fasilitas kesehatan yang ada.

"Secara nasional sudah ada provinsi yang puncak kasus Deltanya sudah kalah dengan puncak kasus Omicron," katanya.

Untuk Sumut, per 13 Februari 2022, kasus harian bertambah 825 kasus, sehingga total keseluruhan kasus aktif menjadi 5.226.

Baca juga: 205 orang tertular COVID-19, sembilan sekolah di Sumut hentikan PTM

Baca juga: Sumut pertimbangkan penyekatan wilayah perbatasan antisipasi Omicron


Sementara untuk keterisian tempat tidur di isolasi terpusat di Sumut masih relatif aman, dari total kapasitas 2.215, hanya terisi 94 tempat tidur. Sementara pasien isolasi mandiri sebanyak 5.513 orang. Untuk 28 kasus Omicron sendiri, seluruhnya sudah selesai isolasi atau sembuh.

Selain itu, Restuti mengatakan surveilans diharapkan tidak hanya dilakukan di satuan pendidikan saja, tetapi juga di perkantoran.

"Kantor juga harus melakukan surveilans, minimal sebulan sekali, dan apabila ada karyawannya punya gejala, jangan sampai masuk kantor," kata Restuti.

Dia juga meminta masyarakat agar melindungi orang orang yang rentan dengan menjaga protokol kesehatan. Salah satu golongan yang disorotinya adalah anak umur di bawah enam tahun.

Restuti mengatakan kluster terbanyak adalah keluarga. Disusul dengan kluster perkantoran dan ketiga adalah kluster sekolah.

"Kami dapat laporan dari Satgas daerah ada satu kluster keluarga yang pembawa virus bukan ibu dan bapaknya, namun justru anaknya, orang tua mohon dijaga anaknya karena belum punya antibodi," katanya.

Satgas Penanganan COVID-19 Sumut sendiri akan mempertimbangkan pengetatan, namun akan melihat perkembangan kasus satu dua pekan ke depan.

"Kalau kondisi tidak baik, ini masih operasi yustisi, kalau tidak membaik juga, mungkin akan diambil langkah penyekatan tapi itu akan dilihat satu dua pekan ke depan," katanya.*

Baca juga: Satgas: Kasus positif COVID-19 di Sumut bertambah 955 orang

Baca juga: Dinkes: Kasus Omicron di Sumut bertambah jadi 28 orang

Pewarta: Juraidi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022