Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo akan kembali menggemakan peran lembaganya melalui peningkatan kualitas keluarga guna menciptakan sumber daya manusia unggul.
“Saya memaknai harapan Bapak Wakil Presiden seperti ini, kalau dulu BKKBN sukses dalam kuantitas menurunkan total fertility rate (angka kelahiran total), sekarang BKKBN harus sukses dalam kualitas,” kata Hasto dalam Rapat Kerja Nasional Program Bangga Kencana Tahun 2022 yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Memaknai harapan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam mempercepat penurunan angka stunting (kekerdilan), Hasto menegaskan pihaknya akan memfokuskan diri kepada peningkatan kualitas keluarga dan pembentukan keluarga yang sehat.
Untuk menggemakan peran BKKBN agar lebih maksimal, Hasto mengaku akan menggencarkan Program Bangga Kencana ke seluruh penjuru negeri supaya sasaran indikator pembangunan di bidang kependudukan dan keluarga berencana dalam RPJMN 2020-2024 dapat tercapai.
Baca juga: Wapres minta BKKBN gencarkan Program Bangga Kencana sampai pelosok
Baca juga: Wapres buka Rakernas BKKBN Tahun 2022
Seperti pada angka kelahiran total pada tahun 2021 yang sudah berada pada angka 2,24. Sehingga saat ini perlu diturunkan kembali menjadi 2,1 pada tahun 2024.
Sembari menggaungkan Program Bangga Kencana, Hasto mengatakan pihaknya terus melakukan konvergensi dengan berbagai Kementerian ataupun lembaga terkait agar stunting yang menjadi ancaman terhadap putra-putri bangsa dapat teratasi.
Hasto memberikan contoh bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), BKKBN memberikan gambaran kondisi dan menentukan daerah yang membutuhkan penanganan pada area sanitasi dan perbaikan jamban.
Begitu pula dengan Kementerian Pertanian, BKKBN ikut turun membangun rumah pangan lestari serta menentukan prioritas desa-desa yang dikategorikan belum mandiri mengelola pangan hingga rawan pangan.
Pihaknya turut memainkan peran dalam penyusunan Pendataan Keluarga Tahun 2021 (PK21) yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 1 April-31 Mei 2021 dan berhasil mendata sebanyak 68.478.139 keluarga.
Data-data itu mencakup data tentang individu keluarga, baik mengenai umur perkawinan, jumlah anak, kesertaan ber-KB, kondisi rumah serta data keluarga risiko stunting. Sehingga setiap pemerintah daerah dapat mengetahui daerah-daerah mana saja di wilayahnya yang memiliki potensi-potensi lahirnya bayi stunting.
“Data BKKBN yang sudah kita koleksi di PK 2021 juga dipertimbangkan dalam background kemiskinan ekstrem. Itulah peran baru BKKBN dalam percepatan penurunan stunting,” kata Hasto.
Sebelumnya Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin meminta BKKBN untuk lebih menggencarkan Program Bangga Kencana hingga dapat menjangkau seluruh masyarakat sampai ke pelosok daerah.
Ma’ruf menuturkan permasalahan stunting perlu ditangani dengan serius. Hal itu lantaran stunting bukan hanya memberikan masalah pada gagal tumbuhnya anak secara fisik, tetapi juga mematikan masa depan anak bangsa bahkan sebelum tumbuh menjadi orang dewasa.
Menurut Ma’ruf bila sekitar 30 persen anak Indonesia terkena stunting, maka 30 persen dari kekuatan pembangunan negara di masa depan akan terancam hilang.
Selain menangani stunting, program milik BKKBN itu juga dapat memperkuat pemahaman diri keluarga, akan pentingnya membangun ketahanan dalam keluarga yang dapat jadi bekal dalam menentukan kualitas bangsa Indonesia di masa depan.
“Sangat tepat jika semangat bangsa ini dibangun mulai dari keluarga-keluarga. Saya berharap Program Bangga Kencana dapat lebih digencarkan untuk menjangkau generasi muda sampai ke pelosok,” kata Ma’ruf.*
Baca juga: Pakar: Pemberian gizi seimbang pada lansia cegah risiko komorbid
Baca juga: Pemkot Yogyakarta dan BKKBN DIY canangkan Sekolah Lansia di Kotagede
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022