"Yang penting kita mengenali faktor risiko kolorektal yang tidak selalu genetik sehingga perlu membuat kita aware, yakni dengan menerapkan gaya hidup sehat, melakukan pencegahan dan skrining awal," kata dia dalam sebuah webinar kesehatan, Sabtu.
Baca juga: Konsumsi serat yang cukup dapat hindari risiko kanker usus besar
Faktor risiko kanker usus besar salah satunya usia tua yakni di atas 50 tahun, ada riwayat menderita polip yang terkadang berhubungan dengan genetik, riwayat menderita infeksi usus besar sehingga terjadi peradangan pada usus yang ditandai sering diare dan masalah pencernaan, riwayat polip atau kanker usus dalam keluarga, faktor genetik dan faktor ras serta etnis.
"Kalau sudah ada faktor risiko seperti ini harus awareness-nya tinggi. Harus menghubungi dokter kemudian merancang suatu pola. Sayangnya di kita belum ada konsultan genetik, diatur pola hidupnya dan kapan melakukan skrining," saran Yohana.
Di sisi lain, ada juga faktor risiko lain yakni gaya hidup tak sehat, salah satunya satunya terkait konsumsi daging merah dan daging olahan. Yohana mengatakan, kedua jenis makanan ini saat sudah dicerna akan menghasilkan suatu zat kimia yang akan merusak struktur dinding usus, sehingga sebaiknya konsumsi daging merah dibatasi.
Faktor risiko kanker usus besar lainnya yakni diet tidak seimbang dan kurang serat, kurang beraktitivias fisik, obesitas, konsumsi rokok dan paparan asap rokok, konsumsi minuman beralkohol berlebihan, menderita penyakit gangguan pencernaan berulang dan mengalami kondisi diabetes tipe 2.
"Pada prinsipnya, pola makan yang baik yakni diet seimbang untuk mencapai berat badan seimbang, termasuk memperbanyak konsumsi sayuran dan buah dan diregulasikan dengan olahraga," saran Yohana.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) cabang Jawa Barat, Dr. Dradjat R. Suardi, Sp.B(K)-Onk, FICS mengatakan, kanker usus besar terjadi akibat perubahan dari sel normal menjadi tak normal di saluran usus besar hingga anus. Kanker dapat tumbuh cepat dan menyebabkan penyakit di organ lain atau metastasis.
Menurut dia, kanker usus besar termasuk 10 besar dalam peringkat kanker di Indonesia dan menjadi jenis kanker tertinggi pada laki-laki.
Dia menekankan pentingnya kanker bisa dideteksi dini, sehingga apabila ditemukan dini maka tingkat kesembuhan bisa lebih dari 90 persen.
Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Ahyani Raksanegara. Dia mengatakan, dengan peningkatan deteksi dini kanker diharapkan kanker bisa diketahui pada stadium awal.
"70 persen kasus kanker diketahui pada stadium lanjut antara lain karena kurang kesadaran deteksi dini dan gaya hidup termasuk pola makan," demikian kata dia.
Baca juga: Pemeriksaan darah berkala disarankan untuk deteksi kanker usus besar
Baca juga: Pasien kanker usus besar tak perlu takut dibedah
Baca juga: Intip tinja secara berkala untuk deteksi kanker usus besar
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022