• Beranda
  • Berita
  • Indef: Ekonomi RI bisa turun 0,014 persen akibat konflik Rusia-Ukraina

Indef: Ekonomi RI bisa turun 0,014 persen akibat konflik Rusia-Ukraina

2 Maret 2022 16:23 WIB
Indef: Ekonomi RI bisa turun 0,014 persen akibat konflik Rusia-Ukraina
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef Rizal Taufikurahman dalam Diskusi Publik secara daring di Jakarta, Rabu (2/3/2022). ANTARA/Agatha Olivia.

Perang ini mengakibatkan transmisi kenaikan harga minyak yang pada akhirnya akan mendorong terjadinya inflasi, terutama inflasi harga bergejolak karena beberapa komoditas

Lembaga kajian ekonomi dan keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan turun 0,014 persen akibat konflik Rusia dan Ukraina yang saat ini tengah berlangsung.

"Perang ini mengakibatkan transmisi kenaikan harga minyak yang pada akhirnya akan mendorong terjadinya inflasi, terutama inflasi harga bergejolak karena beberapa komoditas," kata Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef Rizal Taufikurahman dalam Diskusi Publik secara daring di Jakarta, Rabu.

Inflasi harga bergejolak tersebut pun sudah mulai bergerak, terutama untuk komoditas minyak, gas, dan daging.

Ia menjelaskan hal itu akan ditambah pula dengan kemungkinan kenaikan harga komoditas pokok seiring dengan datangnya bulan Ramadhan.

"Apalagi ini masih di tengah pandemi, sehingga akan ada penurunan ekonomi kita dalam jangka pendek," ujarnya.

Rizal memperkirakan harga minyak akan naik hingga 1,14 persen akibat ketidakpastian konflik Rusia dan Ukraina, dengan kemungkinan harga komoditas lainnya akan mengikuti seiring dengan vitalnya peran minyak di seluruh sektor perekonomian.

Adapun kenaikan harga komoditas lainnya yang akan mengikuti seperti daging yang diprediksikan naik hingga 0,07 persen, ekstraksi (gas dan listrik) 0,19 persen, pangan 0,05 persen, makanan olahan 0,08 persen, serta transportasi dan komunikasi 0,1 persen.

Maka dari itu, ia berharap pemerintah bisa segera mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga berbagai komoditas dalam jangka pendek tersebut.

"Apalagi kita belum mengetahui perang ini akan terjadi sampai kapan dan berapa lama," tutur Rizal.

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan akan turun akibat konflik Rusia dan Ukraina, ia mengatakan penurunan tersebut tak terlalu dalam jika dibandingkan dengan negara lain seperti Tiongkok yang akan turun sekitar 0,022 persen dan Amerika Serikat 0,023 persen.

Baca juga: Celios: Indonesia bisa tarik investasi di tengah konflik Rusia-Ukraina
Baca juga: BPS catat deflasi 0,02 persen pada Februari 2022
Baca juga: Kadin Jatim ingatkan inflasi dalam negeri akibat konflik Rusia-Ukraina

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022