Tiga balita berisiko stunting di Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi pemenang Lomba Bersama Wujudkan Surabaya Emas (Eliminasi Masalah Stunting) yang digelar pemerintah kota setempat pada 26 Januari 2022.harus sabar dan telaten
"Ada tiga pemenang utama lomba Surabaya Emas yang diumumkan kemarin (5/3) di Taman Surya," kata Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Surabaya Rini Indriyani di Surabaya, Minggu.
Lomba ini berupaya agar balita yang berisiko stunting diberikan penguatan gizi agar tumbuh kembangnya normal.
Tiga pemenang utama itu yakni balita Alif Akhtar Putra Pramono dari Kelurahan Tambakrejo sebagai juara satu, juara dua disabet oleh balita Samora Mashel Karenza dari Kelurahan Peneleh dan juara tiganya dimenangkan oleh balita Almira Ramadhani dari Kelurahan Bulak Banteng.
Baca juga: Wali Kota: Pejabat mestinya malu masih ada bayi tengkes di Surabaya
Baca juga: IDAI sarankan pendataan akurat data kelahiran anak di Surabaya
Selain itu, lomba ini ada beberapa kategori kelompok, di antaranya 6 kelompok peraih Juara 1 hingga Juara Harapan 3, setiap kelompok terdiri dari balita bersama orang tua dan Tim Pendamping Keluarga (TPK). Selain itu, juga ditentukan pula 20 pemenang kategori Juara Favorit yang terdiri dari keluarga dan TPK.
Rini mengatakan, lomba yang digelar pada 26 Januari 2022 ini diikuti oleh balita berisiko stunting dari 154 kelurahan se-Kota Pahlawan. Tujuan digelarnya lomba ini adalah untuk meningkatkan komunikasi, kepedulian sosial, kesatuan dan kemanusiaan serta menerapkan hidup sehat dan bergizi sejak usia dini.
Menurut istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini, lomba Surabaya Emas ini merupakan bentuk komitmen TP PKK bersama Pemkot Surabaya untuk terus menurunkan angka stunting di Kota Surabaya. Tentu saja komitmen ini terus dibangun bersama oleh seluruh elemen masyarakat melalui berbagai bentuk kolaborasi.
"Kami harap kegiatan pencegahan dan eliminasi stunting di Kota Surabaya tidak terbatas di acara ini saja, akan tetapi nantinya bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan," kata Rini.
Baca juga: Angka stunting di Surabaya turun drastis dalam tiga bulan
Selain itu, lomba ini ada beberapa kategori kelompok, di antaranya 6 kelompok peraih Juara 1 hingga Juara Harapan 3, setiap kelompok terdiri dari balita bersama orang tua dan Tim Pendamping Keluarga (TPK). Selain itu, juga ditentukan pula 20 pemenang kategori Juara Favorit yang terdiri dari keluarga dan TPK.
Rini mengatakan, lomba yang digelar pada 26 Januari 2022 ini diikuti oleh balita berisiko stunting dari 154 kelurahan se-Kota Pahlawan. Tujuan digelarnya lomba ini adalah untuk meningkatkan komunikasi, kepedulian sosial, kesatuan dan kemanusiaan serta menerapkan hidup sehat dan bergizi sejak usia dini.
Menurut istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini, lomba Surabaya Emas ini merupakan bentuk komitmen TP PKK bersama Pemkot Surabaya untuk terus menurunkan angka stunting di Kota Surabaya. Tentu saja komitmen ini terus dibangun bersama oleh seluruh elemen masyarakat melalui berbagai bentuk kolaborasi.
"Kami harap kegiatan pencegahan dan eliminasi stunting di Kota Surabaya tidak terbatas di acara ini saja, akan tetapi nantinya bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan," kata Rini.
Baca juga: Angka stunting di Surabaya turun drastis dalam tiga bulan
Baca juga: Legislator: Petakan penanganan kasus stunting di Kota Surabaya
Sementara itu, Sutji Murti Ningsih dan Dionah Olivia selaku TP PKK pendamping dari Kelurahan Tambakrejo mengatakan, kunci keberhasilan timnya mencegah balita berisiko stunting di wilayahnya adalah ketelatenan. Bukan hanya soal ketelatenan saja, keberhasilan TP PKK serta para kader mencegah balita Alif dari risiko stunting kali ini juga berkat kemauan dari orang tuanya.
"Awalnya kan orang tuanya tidak ikut lomba, karena adik Alif ini berisiko stunting, kami berikan arahan dan masukan supaya adik Alif ini tidak sampai mengalami stunting. Jadi kami berikan beberapa tips menu agar pertumbuhannya baik," kata Dionah.
Menurut Dionah, pendekatan dengan orang tua dan anak Alif tidak mudah dan butuh waktu panjang. Setiap ada kendala, para kader sigap mencarikan solusi agar balita Alif mau makan sesuai gizi yang dianjurkan.
"Kalau kesusahan cari menu makanan, kami bantu carikan, kami arahkan. Eksperimen berbagai menu sudah kami lakukan, agar adik Alif tidak bosan dengan makanannya. Contoh kami bentuk seperti gambar hewan, kemudian kami ganti makanannya, misal bosan nasi, kami ganti dengan menu lain seperti kentang rebus dan sebagainya," kata Dionah.
Atas keberhasilan ini, ia berharap ke depannya tidak ada lagi stunting atau anak berisiko stunting di wilayah Kelurahan Tambakrejo. Oleh karena itu, ia bersama para kader lainnya siap melakukan pendampingan apabila ada anak yang membutuhkan pendampingan masalah stunting.
"Kadang kan orang tua itu malas ya, jadi kalau tidak dilakukan pendampingan dan penyuluhan, ibu balita bakal memberi makanan yang ala kadarnya. Oleh karena itu harus sabar dan telaten," katanya.
Baca juga: Wali Kota Surabaya minta PKK dan Dharma Wanita berperan tekan stunting
Sementara itu, Sutji Murti Ningsih dan Dionah Olivia selaku TP PKK pendamping dari Kelurahan Tambakrejo mengatakan, kunci keberhasilan timnya mencegah balita berisiko stunting di wilayahnya adalah ketelatenan. Bukan hanya soal ketelatenan saja, keberhasilan TP PKK serta para kader mencegah balita Alif dari risiko stunting kali ini juga berkat kemauan dari orang tuanya.
"Awalnya kan orang tuanya tidak ikut lomba, karena adik Alif ini berisiko stunting, kami berikan arahan dan masukan supaya adik Alif ini tidak sampai mengalami stunting. Jadi kami berikan beberapa tips menu agar pertumbuhannya baik," kata Dionah.
Menurut Dionah, pendekatan dengan orang tua dan anak Alif tidak mudah dan butuh waktu panjang. Setiap ada kendala, para kader sigap mencarikan solusi agar balita Alif mau makan sesuai gizi yang dianjurkan.
"Kalau kesusahan cari menu makanan, kami bantu carikan, kami arahkan. Eksperimen berbagai menu sudah kami lakukan, agar adik Alif tidak bosan dengan makanannya. Contoh kami bentuk seperti gambar hewan, kemudian kami ganti makanannya, misal bosan nasi, kami ganti dengan menu lain seperti kentang rebus dan sebagainya," kata Dionah.
Atas keberhasilan ini, ia berharap ke depannya tidak ada lagi stunting atau anak berisiko stunting di wilayah Kelurahan Tambakrejo. Oleh karena itu, ia bersama para kader lainnya siap melakukan pendampingan apabila ada anak yang membutuhkan pendampingan masalah stunting.
"Kadang kan orang tua itu malas ya, jadi kalau tidak dilakukan pendampingan dan penyuluhan, ibu balita bakal memberi makanan yang ala kadarnya. Oleh karena itu harus sabar dan telaten," katanya.
Baca juga: Wali Kota Surabaya minta PKK dan Dharma Wanita berperan tekan stunting
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022