Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sandi Sufiandi mengatakan penting untuk menguasai teknologi pengembangan vaksin termasuk untuk vaksin COVID-19 guna mewujudkan kemandirian bangsa dan kemajuan riset dan ilmu pengetahuan.Penguasaan teknologi sangat memberikan kontribusi yang bagus
"Penguasaan teknologi itu akan sangat memberikan kontribusi yang bagus untuk dunia ilmu pengetahuan dan dunia kesehatan," kata Sandi Sufiandi dalam Webinar Ketahanan Kesehatan Nasional: Pengembangan Vaksin Merah Putih di Jakarta, Rabu.
Saat ini pemenuhan vaksin COVID-19 di Indonesia masih didatangkan dari luar negeri. Namun, para peneliti di Tanah Air berupaya untuk menciptakan bibit vaksin secara mandiri. Pemerintah, industri dan pemangku kepentingan turut terlibat dalam mempercepat pengembangan vaksin secara mandiri.
Baca juga: BRIN serukan mitra industri gabung di pengembangan vaksin Merah Putih
Baca juga: BRIN: Riset vaksin Merah Putih jadi tonggak sejarah dua tahun pandemi
Dengan penguasaan teknologi vaksin, Indonesia juga bisa menjadi pusat transfer teknologi vaksin atau hub vaksin teknologi transfer.
Selain untuk meraih kemajuan riset dan penguasaan teknologi di bidang vaksin, pengembangan vaksin Merah Putih juga akan memberikan kontribusi perbaikan dalam upaya memperpendek waktu pencapaian riset vaksin secara sistemik dan sistematik.
Pengembangan vaksin bersifat sistemik karena melibatkan banyak pemangku kepentingan termasuk BPOM, Kementerian Kesehatan, pemerintah, peneliti dan industri, sehingga harus dipetakan bersama agar waktu pengembangan vaksin bisa semakin singkat.
Sandi menuturkan para peneliti dapat belajar dari praktik terbaik pengembangan teknologi dan vaksin terkini. Sinergi dan komunikasi antara industri dan periset atau perguruan tinggi diharapkan dapat berlangsung intens dan masif serta kolaborasi penuh bersama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan bisa mengakselerasi proses pengembangan vaksin Merah Putih.
Sementara Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif BPOM Maya Agustina Andarini mengatakan pada kondisi pandemi COVID-19 saat ini, strategi adaptif harus dilakukan untuk mempercepat pengembangan vaksin karena tidak ada yang bisa memastikan kapan pandemi akan berakhir sehingga vaksin tetap masih diperlukan dan harus dikembangkan secara mandiri.
Jika tidak memiliki vaksin yang diproduksi dalam negeri, maka masyarakat Indonesia terus bergantung dengan pihak luar. Sementara, apabila tidak ada pengiriman atau pihak luar tidak mau mengekspor ke Indonesia, atau pengiriman tidak mencukupi kebutuhan maka Indonesia akan kewalahan mendapatkan vaksin.
Oleh karena itu, Maya menuturkan BPOM sangat mendukung percepatan pengembangan vaksin dalam negeri dan memberikan pendampingan dalam riset dan pengembangan vaksin di Tanah Air.
Baca juga: BRIN berharap hasil uji klinis fase 1 memuaskan
Baca juga: BRIN: Uji klinis fase 1 vaksin Unair, lompatan besar
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022