Hakim Mahkamah Agung, Alexandre de Moraes, dikutip dari Reuters, Senin, mengatakan aplikasi pesan instan tersebut sudah menunjukkan "kepatuhan penuh".
"Saya menarik kembali keputusan penangguhan penuh operasi Telegram di Brasil," kata Moraes.
Mahkamah Agung Brasil sempat memblokir Telegram karena aplikasi tersebut berulang kali tidak mematuhi aturan di negara tersebut, antara lain memblokir akun yang menyebarkan misinformasi.
Pendiri Telegram, Pavel Durov, meminta maaf atas "kelalaian" mereka mematuhi perintah pengadilan.
Telegram juga menunjuk Alan Campos Elias Thomaz sebagai perwakilan di Brasil, memenuhi salah satu permintaan utama pengadilan.
Keputusan memblokir Telegram kemarin dianggap sebagai salah satu perseteruan Mahkamah Agung dengan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Hakim Moraes memimpin sejumlah penyelidikan terhadap Presiden Bolsonaro dan pendukungnya soal penyebaran berita palsu.
Sang presiden menyebut penangguhan Telegram adalah "tidak bisa diterima".
Ia dan pendukungnya menggunakan Telegram untuk berkomunikasi. Platform lainnya, seperti WhatsApp, Google dan Twitter, mematuhi perintah Mahkamah Agung untuk memblokir akun-akun yang menyebarkan hoaks.
Baca juga: Mahkamah Agung Brazil tangguhkan Telegram
Baca juga: Puluhan kanal Telegram diblokir di Jerman
Baca juga: Pembaruan Telegram permudah pembuatan stiker bergerak
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022