• Beranda
  • Berita
  • Perempuan di balik suksesnya pengamanan MotoGP Mandalika

Perempuan di balik suksesnya pengamanan MotoGP Mandalika

22 Maret 2022 13:36 WIB
Perempuan di balik suksesnya pengamanan MotoGP Mandalika
()

Ketika kita sudah mengatakan siap maka apa yang kita lakukan juga harus siap

Kesuksesan ajang MotoGP Grand Prix Indonesia di Pertamina Mandalika International Street Circuit di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 18-20 Maret 2022 kemarin, meninggalkan banyak kesan yang mendalam bagi masyarakat Indonesia.

Bagaimana tidak ajang ini sudah 25 tahun tidak digelar di Indonesia sejak terakhir kali dilaksanakan di Sirkuit Sentul, Bogor, Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada 1997 silam.

Namun siapa sangka, dibalik cerita manis kesuksesan MotoGP di Pertamina Mandalika International Street Circuit. Ada peran tangan dingin ratusan petugas pengamanan yang bertugas dengan sigap mengamankan kegiatan tingkat dunia itu.

Satu di antara petugas pengamanan atau sering dikenal masyarakat dengan sebutan security ini ada peran sosok Kiki Eprina Arieanti. Ia bahkan dipercaya sebagai chief of security yang berhubungan langsung dengan Direktorat Security Dorna Sports selaku penyelenggara utama GP Mandalika.

Security wanita atau yang dikenal dengan sebutan Secwan ini telah menjadi profesi utamanya. Bahkan, jauh sebelum bertugas sebagai tim pengaman MotoGP Mandalika.

Profesi yang tak hanya melibatkan laki-laki, ibu tiga anak ini seakan menunjukkan bukti wanita atau perempuan Indonesia juga tangguh.

Baca juga: Bupati Lombok Tengah minta warga jaga keamanan MotoGP Mandalika

Baca juga: 3 kapal Polri bersiaga di kawasan perairan dukung keamanan MotoGP


Tugas Aviation Security

Sebelum bertugas di Mandalika, Kiki sudah lama berkutat di dunia keamanan penerbangan. Tepatnya sejak 2005, ia sudah 18 tahun mengabdikan diri sebagai Aviation Security (Avsec) di PT Angkasa Pura I, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.

Di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Jabatan Kiki pun tidak tanggung-tanggung. Ia menjabat sebagai Airport Security Screening Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Sedangkan, di MotoGP Mandalika, wanita kelahiran Surabaya 12 April 1986 ini menjabat sebagai Chief Security Event MotoGP dari AP I atau Kepala Keamanan.

Namun, dalam ajang MotoGP tersebut perempuan berhijab ini bertugas sementara. Pasalnya begitu ajang MotoGP berakhir, dirinya harus kembali lagi ke PT Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Kiki mulai bertugas di Mandalika, terhitung sejak tes pra-musim bulan Pebruari hingga berakhirnya MotoGP di Maret ini.

Tugasnya melakukan pengamanan di Tier 1 dan Tier 2 sebutan wilayah pengamanan di Sirkuit Mandalika. Meliputi area paddock, race control, media centre, medical centre, TV Compound, pit box, pit lane, inner circuit dan outer circuit.

"Mulai bertugas dari H-10 sebelum tes pra musim MotoGP hingga H+5 setelah MotoGP atau sampai 25 Maret," ujar Kiki, Senin.

Untuk pengamanan, kata Kiki terbagi dua tim, pertama tim inti dan kedua security guard. Masing-masing beranggotakan lima orang. Kesemuanya merupakan petugas keamanan yang bertugas di PT Angkasa Pura 1.

Sementara dalam menjalankan tugas mereka dibantu oleh 198 personil security lainnya. Hebatnya lagi kata Kiki, para personilnya tersebut 100 persen merupakan putra putri asal Lombok, NTB.

"Kita bersyukur sangat dibantu dari putri putri lokal dan mereka benar-benar mendedikasikan tugasnya untuk kesuksesan MotoGP, karena ini membawa nama daerah dan tentunya bangsa Indonesia," tuturnya.

Kendati minim pengalaman lantaran baru bertugas sebagai security dan hanya berbekal sertifikat satpam, menurut Kiki, 198 putra putri lokal NTB itu, mampu menjalankan tugas dengan baik. Ini terbukti dari suksesnya pelaksanaan MotoGP.

Menurut ibu tiga anak ini, dirinya bukan satu-satunya perempuan yang bertugas sebagai petugas keamanan di ajang sebesar MotoGP. Ada enam perempuan lainnya yang juga bertugas sebagai security guard.

Kata Kiki, enam perempuan tersebut juga merupakan bagian dari 198 personil petugas keamanan yang diperbantukan di tempat itu.

Baca juga: Kapolri pastikan keamanan dan prokes pramusim MotoGP Sirkuit Mandalika

Baca juga: BNPT galang koordinasi keamanan cegah terorisme di MotoGP Mandalika


Bangga berkontribusi 

Selama menjalankan tugas di MotoGP Mandalika, Kiki tidak menampik suka duka itu pasti ada. Namun, terlepas dari suka duka itu, dirinya mengaku bangga bisa ikut terlibat dan menjadi bagian pelaku sejarah dari kesuksesan MotoGP Grand Prix of Indonesia. Terlebih dia dipercaya mewakili PT Angkasa Pura 1.

"Kalau suka duka itu pasti ada mas, cuman apa ya sudah jadi tantangan dari bagian pekerjaan," ungkapnya.

Selain itu, dirinya mengaku punya banyak pengalaman baru dan rekan baru selama bertugas membantu pengamanan MotoGP.

"Ketika kita sudah mengatakan siap maka apa yang kita lakukan juga harus siap. Itu pelajaran yang saya bisa petik dari tugas ini," ujar perempuan yang sudah 18 tahun bertugas sebagai aviation ini.

Buat Kiki, ada salah satu pengalaman yang berkesan saat bertugas mengawal MotoGP Mandalika. Yakni saat lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan oleh 60 ribu penonton yang memadati areal tribun.

"Wah di situ saya terharu banget. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan di ajang sekelas MotoGP. Kami bangga jadi warga Indonesia. Bahwa akhirnya Indonesia bisa menggelar ajang kelas dunia," terangnya.

Kiki pun mengajak perempuan di NTB maupun di Indonesia agar lebih memberdayakan diri. Apapun jenis profesinya. Untuk tidak mudah menyerah tetap berjuang karena Tuhan pasti akan memberikan jalan yang lebih baik.

Karena buat Kiki, perempuan adalah sosok yang kuat, tangguh, dan berdaya. Juga sosok yang berani bermimpi dan mampu untuk mewujudkannya. Karena itu sekali ia berharap agar kaum wanita punya niat yang baik dan tekad yang kuat.

"Jadi apapun itu mau pahit, manis harus kita terima dan jadilah yang terbaik dalam bidang yang ditekuni, karena Tuhan akan memberikan jalan dari arah yang tidak duga-duga," katanya.

Baca juga: Satpam diharapkan ikut mendukung keamanan ajang MotoGP Mandalika

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022