• Beranda
  • Berita
  • BRIN: PLTN hasilkan energi listrik lebih efisien dengan emisi rendah

BRIN: PLTN hasilkan energi listrik lebih efisien dengan emisi rendah

23 Maret 2022 16:34 WIB
BRIN: PLTN hasilkan energi listrik lebih efisien dengan emisi rendah
Inti nuklir di dalam kolam reaktor riset nuklir di reaktor serba guna G.A. Siwabessy milik Badan Tenaga Atom (BATAN), Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/4). Kawasan Nuklir Serpong merupakan kawasan pusat Litbangyasa iptek nuklir yang dibangun dengan tujuan untuk mendukung usaha pengembangan industri nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia.FOTO ANTARA/BNPT/RN/ed/nz. (ANTARA/RENO ESNIR)

PLTN memiliki banyak kelebihan, masa waktunya operasinya lama lebih dari 80 tahun, selain itu emisi karbonnya sangat rendah

Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbukti dapat menghasilkan energi listrik dengan lebih efisien dengan emisi yang sangat rendah dibandingkan dengan sumber energi fosil.

"PLTN memiliki banyak kelebihan, masa waktunya operasinya lama lebih dari 80 tahun, selain itu emisi karbonnya sangat rendah, most reliable energy source, penggunaan lahan yang sedikit, relative affordable," kata Profesor riset yang juga peneliti ahli utama ORTN BRIN Djarot Sulistio Wisnubroto dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan pembangunan PLTN memang membutuhkan biaya yang besar di awal, dan penanganan hasil limbahnya cukup lama, namun kelebihannya jauh lebih banyak seperti lamanya waktu operasi, emisi karbon sangat rendah dan penggunaan area lahan yang lebih sedikit.

Oleh karenanya, kata dia, energi nuklir menjadi pilihan alternatif dalam menghasilkan energi listrik dengan zero emission.

Di samping itu, katanya, dari segi sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur, Indonesia sudah siap dalam program pembangunan PLTN, namun tantangan utama ada pada aspek sosial politik, terutama komitmen pemerintah untuk membangun PLTN.

"Nuklir itu tantangannya bukan pada teknologi, SDM, infrastruktur, tetapi tantangannya lebih kepada masalah sosial-politik,"  katanya.

Menurut dia, Indonesia telah menyiapkan sumber daya manusia di bidang teknologi nuklir sejak 1990-an.

SDM untuk tenaga kerja paling banyak dibutuhkan ketika proses pembangunan PLTN, sementara pada saat pengoperasian SDM yang dibutuhkan hanya ratusan saja, kata Djarot Sulistio Wisnubroto.

Sementara anggota Dewan Pakar Masyarakat Kelistrikan Indonesia Arnold Soetrisnanto menyatakan Indonesia perlu memanfaatkan energi nuklir untuk menghasilkan listrik karena saat ini sudah masuk pada era transisi energi.

"Kita menyiapkan Indonesia net zero carbon untuk tahun 2060, tentunya nuklir yang mengemisikan saat operasi itu nol atau zero carbon dapat dijadikan pertimbangan," katanya.

Ia menambahkan energi nuklir merupakan energi yang terbarukan dan memiliki masa penggunaan yang lebih lama dibandingkan dengan energi bahan baku fosil. Energi nuklir juga tidak berbasis sumber daya alam, tetapi berbasis teknologi dan kemampuan umat manusianya.

"Nuklir itu tidak tergantung pada sumber daya alam tetapi tergantung pada teknologi, seberapa jauh manusia itu mampu memikirkan untuk menciptakan teknologi nuklir, karena bahan bakunya ada di bumi, matahari, dan di tata surya," demikian Arnold Soetrisnanto.

Baca juga: Batan kaji PLTN generasi III dan IV untuk introduksi PLTN Indonesia

Baca juga: Presidensi G20 jadi momentum mewujudkan PLTN di Indonesia

Baca juga: Dirjen Minerba: Nuklir menjadi opsi energi potensial bagi Indonesia

Baca juga: Anggota DPR optimistis Indonesia mampu "go nuclear"

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022