• Beranda
  • Berita
  • Menkes akan tingkatkan peran posyandu untuk surveilans tuberkulosis

Menkes akan tingkatkan peran posyandu untuk surveilans tuberkulosis

29 Maret 2022 19:10 WIB
Menkes akan tingkatkan peran posyandu untuk surveilans tuberkulosis
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) saat meninjau kegiatan pemeriksaan TBC di Puskesmas Girimulyo 1, Kulon Progo, DIY, Selasa (29/3/2022). (ANTARA/ Zubi Mahrofi)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akan meningkatkan peran posyandu untuk melakukan surveilans tuberkulosis (TB).
 
"Saat ini, layanan posyandu hanya untuk kesehatan ibu dan anak. Nanti kita akan minta posyandu lakukan surveilans TBC," ujar Menkes  saat meninjau kegiatan pemeriksaan TBC di Puskesmas Girimulyo 1, Kulon Progo, DIY, Selasa.
 
Menurutnya, jumlah posyandu di Indonesia yang mencapai sekitar 296.000 dapat berkontribusi dalam memerangi tuberkulosis. Jumlah posyandu itu dapat menjangkau 512 kabupaten kota, 80 ribu desa.

Baca juga: Alami gejala TB, 71 orang dirujuk ke puskesmas
 
"Minimal harus ada 300.000 titik di seluruh Indonesia yang bisa melakukan surveilans. Surveilans harus dilakukan di level posyandu, karena jumlahnya cukup banyak," katanya.
 
Ia mengemukakan, surveilans merupakan tindakan promotif dan preventif suatu penyakit agar tidak menyebar lebih luas.
 
"Yang namanya surveilans penyakit itu, tidak boleh ada insiden, baru kita surveilans. Jadi ada penyakit atau tidak, pandemi atau tidak harusnya surveilans terus dilakukan," katanya.

Baca juga: Angka kesembuhan TB di Yogyakarta masih di bawah target
 
TB, menurut Menkes, merupakan salah salah satu penyakit yang tidak pernah selesai penanganannya. Oleh karena itu, surveilans harus masif hingga sampai akar rumput.
 
"Intinya Kementerian Kesehatan ingin membuat masyarakat sehat, bukan menyembuhkan orang sakit. Saat ini anggaran kita, waktu kita lebih banyak ngurusin rumah sakit, obat-obatan, serta alat-alat rumah sakit. Itu sifatnya kuratif, kita maunya promotif dan preventif," tuturnya.
 
Menkes Budi menambahkan, untuk mendeteksi penderita TB, pihaknya akan menggunakan sistem testing dan pelacakan seperti yang telah digunakan dalam penanganan COVID-19.
 
"Jadi dengan pandemi ini kita belajar bagaimana bisa memperbaiki penanganan penyakit menular. Kayak TB misalnya, yang namanya tracing itu kan sudah ada di sistem COVID-19, di TB belum dipakai. Kita bisa pakai sistemnya," katanya.
 
Untuk testing TB, ia menambahkan, juga bisa menggunakan laboratorium pengujian PCR yang selama ini umum digunakan untuk mendeteksi COVID-19.
 
"Laboratorium untuk PCR dan TCM (Tes Cepat Molekuler untuk TB) itu sebenarnya sama teknologinya. Jadi semua laboratorium PCR harusnya bisa buat uji TBC," katanya.
 
 
Baca juga: Skrining TB mobile Yogyakarta berpotensi dikembangkan ke daerah lain
 
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022