Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan hasil pertemuan pertama Digital Economy Working Group (DEWG) hari ini dan besok diharapkan dapat menjadi konsep dasar bagi Digital Ministerial Declaration.
"Mudah-mudahan di dalam diskusi hari ini akan maju setahap dan kita lanjutkan nanti di Yogyakarta 17 hingga 18 Mei 2022 yang menjadi bahan-bahan dasar bagi konsep Digital Ministerial Declaration nanti di bulan September," kata Johnny dalam konferensi pers di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Ia mengatakan Digital Ministerial Declaration tersebut akan dihasilkan dalam pertemuan puncak menteri digital anggota G20 atau Digital Economy Ministerial Meeting (DEMM) yang dijadwalkan pada 1 hingga 2 September di Bali.
"Digital Ministerial Declaration bulan September nanti menjadi masukan leaders summit atau rapat G20 para pemimpin negara G20," tutur Johnny.
Selain itu, Johnny juga mengatakan pertemuan pada hari ini menjadi wadah bagi para delegasi dan undangan untuk mendalami diskusi yang telah dibangun terkait pemanfaatan kekuatan teknologi digital untuk mencapai pemulihan yang semakin kuat, memberdayakan, inklusif, dan berkelanjutan
"Hasil dari diskusi ini akan menjadi building block bagi berbagai macam isu digital yang semakin relevan dalam kehidupan di berbagai sektor dan mendorong tata kelola kehidupan baru yang lebih bersifat datasentris," katanya.
Sebagai pemimpin Presidensi G20 tahun ini, Johnny mengatakan Indonesia dapat mengoptimalisasikan potensi lanskap ekonomi digital global yang semakin datasentris untuk memitigasi risiko dan menuai manfaat bagi perekonomian Indonesia.
Ia melanjutkan bahwa potensi pada sektor ekonomi diperkirakan akan mencapai nilai Gross merchandise value (GMV) sebesar 315,5 miliar dolar AS pada 2030.
Forum DEWG sendiri membahas tiga isu prioritas antara lain konektivitas pemulihan pascapandemi (Connectivity and Post-COVID-19 Recovery), kecakapan dan literasi digital (Digital Skills and Digital Literacy), serta arus data lintas negara (CrossBorder Data Flow and Data Free Flow with Trust).
Johnny mengatakan relevansi data pada berbagai sektor dapat diamati melalui tingkat konektivitas global merujuk pada jumlah perangkat yang terhubung ke jaringan IP (Internet Protocol) yang diprediksi akan meningkat tiga kali lipat dari populasi global pada 2023.
Situasi tersebut, kata Johnny, semakin terintensivikasi oleh pembuatan dan replikasi data global yang diprediksikan akan meningkat sebesar 23 persen pada 2020 hingga 2025, menurut International Data Corporation (IDC).
Data IDC juga memperkirakan bahwa 49 persen dari data yang tersimpan di dunia akan berada di lingkungan komputasi awan (cloud) publik pada 2025.
Baca juga: BAKTI Kominfo borong empat penghargaan ajang PRIA 2022
Baca juga: Kominfo beri dukungan teknis untuk e-katalog LKPP
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022