Mengutip The Verge, Senin, Toncoin berasal dari TON (The Open Network) dan transaksi pengiriman antarpengguna lewat Telegram nampaknya akan berlangsung tanpa biaya tambahan.
Baca juga: Puluhan kanal Telegram diblokir di Jerman
Cara kerja transaksi pengiriman aset kripto di Telegram itu mengharuskan pengguna terkoneksi dengan bot Wallet Telegram lalu pengguna bisa menuju pilihan "Lampiran Anda", lalu setelah itu pengguna bisa memilih opsi "Beli Aset Kripto dengan kartu, tukar, atau transfer ke dompet lain".
Saat anda menginginkan untuk mengirim aset kripto, anda bisa mengambilnya dari dompet elektronik Telegram lalu masukkan jumlah aset yang ingin ditransaksikan setelah itu pilih opsi "Kirim".
Pengguna lainnya pun akan dengan segera menerima Toncoin yang anda kirimkan lewat obrolan di Telegram.
Nampaknya Toncoin ini merupakan salah satu kelanjutan Telegram mengembangkan operasi aset kriptonya yang pada 2020 layanannya ditutup sebagai imbas tekanan dari Securities and Exchange Commission (SEC).
Proyek awal itu awalnya dikenal dengan nama Telegram Open Network (TON) yang dikembangkan oleh CEO Telegram Pavel Durov dan koleganya Nikolai pada 2018.
Namun setelah dirilis, proyek itu diminta dihentikan operasinya oleh SEC karena Telegram gagal mendaftarkan 1,7 miliar dolar AS penjualannya dalam bagian Penawaran Koin Pra-initial (ICO).
Meski telah ditinggalkan Telegram, pengembang lainnya mencoba mempertahankan blockchain tersebut dan mengubahnya menjadi The Open Network (TON) versi baru.
Belum diketahui apakah layanan ini juga tersedia di Indonesia namun nampaknya ini bisa digunakan oleh pengguna di Eropa dan Amerika Serikat.
Baca juga: Tips setelan akun Telegram agar aman
Baca juga: Tidak jadi diblokir Brazil, Telegram komitmen atasi hoaks
Baca juga: Sempat diblokir, Telegram boleh beroperasi lagi di Brasil
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022