EdgeConneX telah mengakuisisi sebidang tanah yang berbatasan langsung dengan GTN, memungkinkan untuk kampus pusat data hyperscale masa depan yang dapat mendukung kapasitas lebih dari 90 MW.
Baca juga: EDGE DC jalin kerja sama data center dengan APJII
“Seiring dengan usaha kami untuk terus memperluas platform pusat data Edge dan hyperscale kami secara global, kampus pusat data hyperscale yang direncanakan di Jakarta akan memberi kami kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan kami akan kapasitas di pasar yang vital dan berkembang di kawasan APAC ini,” kata Managing Director (APAC) di EdgeConneX Kelvin Fong, melalui siaran pers, Kamis.
Menurut perusahaan, akuisisi tersebut menandai pasar kesembilan EdgeConneX di Asia yang sudah mulai mapan atau sedang dalam pengembangan karena terus dengan cepat membangun platform pusat datanya di wilayah tersebut.
Akuisi pusat data GTN di Indonesia juga merupakan negara ketiga di Asia yang telah dimasuki EdgeConneX sebagai bagian dari strategi ekspansi globalnya. Sebelumnya, EdgeConneX berencana untuk membangun platform pusat data pan-India melalui joint venture, AdaniConneX, serta investasi strategis di Chayora, operator pusat data terkemuka di Cina.
Pendiri Structure Research Philbert Shih memandang bahwa masuknya EdgeConneX ke Indonesia menandakan kehadirannya di tiga negara terbesar di dunia di luar Amerika Serikat.
Baca juga: Suryacipta targetkan punya 10 jaringan optik pada 2022
“Ini adalah pasar dengan keuntungan jangka panjang yang luar biasa,” kata Shih.
Menurutnya, Indonesia memiliki demografi yang kuat, sektor teknologi dalam negeri yang berkembang pesat, dan berada di kurva awal adopsi dalam hal layanan infrastruktur yang dialihdayakan seperti komputasi awan (cloud) dan pusat data.
Akuisisi bisnis yang beroperasi dan sebidang tanah sangat sesuai dengan apa yang dilakukan EdgeConneX di fasilitas hyperlocal dan hyperscale, kata Shih. Hal itu, lanjutnya, dapat melayani perusahaan lokal dan penyedia layanan, serta pada saat yang bersamaan memiliki kapasitas dan landasan untuk melayani hyperscale cloud.
“Indonesia, tidak seperti banyak pasar di dunia, adalah rumah bagi semua hyperscale cloud utama AS dan Cina dan ini akan menciptakan volume permintaan yang luar biasa untuk pusat data hyperscale,” katanya.
Structure Research memprediksi bahwa pasar pusat data akan mencapai hampir 650 juta dolar AS pada tahun 2026, dengan hampir dua pertiga di antaranya berasal dari permintaan hyperscaler. Jakarta merupakan pasar lain di kawasan ini yang menyaksikan pertumbuhan pesat yang didorong oleh adopsi komputasi awan.
Perusahaan menilai bahwa penyediaan infrastruktur digital hyperscale berkualitas tinggi dan andal sangat penting untuk mendukung transformasi digital Indonesia dan membantu Indonesia berfungsi sebagai pintu gerbang regional.
Baca juga: Pemanfaatan komputasi awan buka peluang peningkatan ekonomi
Baca juga: Bisnis pusat data ungguli transaksi kawasan industri
Baca juga: Anggota DPR dukung ekspansi bisnis pusat data Telkom
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022