"Sejauh ini belum ada laporan dari 18 puskesmas dan tiga rumah sakit di Kabupaten OKU mengenai pasien penderita hepatitis akut," kata Andi di Baturaja ibu Kota Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Kamis.
Meskipun belum ditemukan adanya kasus hepatitis akut, kata dia, upaya pencegahan tetap dilakukan sedini mungkin agar tidak ada masyarakat Kabupaten OKU, khususnya anak-anak yang menderita penyakit tersebut.
Baca juga: Kemenkes: Gejala berat hepatitis akut misterius muncul dalam dua pekan
Sebagai upaya pencegahan, Dinas Kesehatan OKU melakukan regulasi melalui surat kepelayanan kesehatan sebagai sistem kewaspadaan dini respons bila menemukan gejala penyakit hepatitis akut di Kabupaten OKU.
Masyarakat juga diminta untuk menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) agar terhindar dari penyebaran penyakit hepatitis akut.
"Selain PHBS, protokol kesehatan 3 M juga harus diterapkan karena untuk menghindari penyakit hepatitis akut sama halnya dengan virus COVID-19," ujarnya.
Baca juga: Kemenkes nyatakan reinfeksi hepatitis akut memungkinkan terjadi
Dia menjelaskan, hepatitis akut adalah kondisi peradangan pada hati atau liver yang disebabkan oleh infeksi virus.
Penyakit ini sudah dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena hepatitis akut dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak.
"Virus ini sudah banyak diderita anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia. Bahkan, kabarnya sudah masuk Indonesia sehingga kita harus waspada," katanya.
Pewarta: Edo Purmana
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022