jangan tunggu anak sampai sudah kuning baru dibawa ke rumah sakit
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta orang tua untuk lebih cermat dalam membedakan tanda-tanda penyakit hepatitis akut dan penularan COVID-19 pada anak.
“Yang paling penting orang tua mengenal gejala, jangan menunda sakit pada anak. Kalau di COVID-19 demam menjadi tanda. Tapi kalau di hepatitis yang menjadi tanda adalah gangguan saluran pencernaan,” kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam Talkshow Ngopi Bareng bertajuk “Perkembangan COVID-19 di Indonesia” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Dia menyebutkan orang tua harus bisa mengenali gejala penyakit hepatitis akut yang saat ini sedang marak di masyarakat, yakni terjadinya gangguan saluran pencernaan pada anak, seperti mual, muntah, dan diare yang tidak diketahui penyebabnya.
Untuk gejala berat, berupa buang air kecil berwarna cokelat pekat seperti teh dan feses berwarna putih seperti pasir.
Satu hal yang menjadi kesamaan tanda dari kedua penyakit tersebut, katanya, demam. Hanya saja, demam pada hepatitis bersifat lebih ringan, sedangkan pada COVID-19 dapat mencapai suhu yang tinggi diikuti dengan batuk, pilek, serta kehilangan indera penciuman.
“Kita harus mengetahui gejala hepatitisnya, itu ada mual, muntah, dan diare. Pada hepatitis, jangan tunggu anak sampai sudah kuning baru dibawa ke rumah sakit,” ujar Nadia.
Baca juga: Kemenkes nyatakan reinfeksi hepatitis akut memungkinkan terjadi
Guna mencegah potensi lebih banyak anak terkena hepatitis akut, ia mengimbau orang tua bersikap lebih waspada. Penularan penyakit hepatitis sebagian besar berasal melalui makanan (fecal-oral) dan sebagian kecil melalui udara.
Oleh sebab itu, setiap orang tua diimbau memberikan pemahaman pada anak arti dari pentingnya hidup sehat.
Caranya, katanya, dengan memakan makanan yang bersih dan dikelola dengan baik, menggunakan alat makan masing-masing, dan tidak jajan sembarangan di sekolah.
Nadia juga meminta orang tua mengajak anak rajin mencuci tangan yang dapat menghindarkan anak terkena penyakit, seperti COVID-19 dan hepatitis. Kebiasaan mencuci tangan itu bisa menggunakan air dan sabun atau penyanitasi tangan.
“Cuci tangan merupakan basis dari hidup bersih dan sehat karena dengan mencuci tangan, kita bisa menghindarkan diri dari berbagai penyakit. Kita sudah membuktikan bahwa pada saat COVID-19, dengan cuci tangan kita bisa menyelamatkan diri kita dari penularan virus,” kata dia.
Baca juga: Kemenko PMK sarankan masyarakat terapkan prokes cegah hepatitis akut
Baca juga: Kemenkes: Dugaan hepatitis akut di Indonesia bertambah 14 kasus
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022