• Beranda
  • Berita
  • BKKBN: Kanker rahim tak bergejala ancaman serius bagi perempuan

BKKBN: Kanker rahim tak bergejala ancaman serius bagi perempuan

19 Mei 2022 20:56 WIB
BKKBN: Kanker rahim tak bergejala ancaman serius bagi perempuan
Potret Kepala BKKBN Hasto Wardoyo. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menekankan bahwa kanker rahim yang nampak tidak memiliki gejala menjadi ancaman serius bagi seluruh perempuan.

“Banyak perempuan yang tidak sadar penyakit kanker leher rahim (serviks). Hal tersebut karena penyakit kanker serviks yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) itu menginfeksi ke dalam tubuh manusia tanpa menunjukkan gejala pada awal infeksi,” kata Hasto dalam keterangan tertulis BKKBN yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.

Hasto menuturkan berdasarkan data dari Global Burden of Cancer 2020, kanker serviks merupakan penyakit kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara yang dialami perempuan. Dengan angka kasus di Indonesia pada tahun 2020 tercatat mencapai 24,4 per 100.000 penduduk dan kasus kematiannya sebesar 14,4 per 100.000 penduduk.

Baca juga: Tiga kunci untuk turunkan kasus kanker serviks di Indonesia

"Sayangnya bila melihat kondisi Indonesia, banyak remaja tidak mengetahui risiko penyakit tersebut, yakni akibat hubungan seksual yang dilakukan secara dini, baik karena hubungan seksual sebelum menikah maupun menikah pada usia muda," katanya.

Akibatnya, kata dia, hubungan seksual yang dilakukan pada perempuan di bawah 18 tahun bisa menyebabkan penyakit kanker leher rahim pada 15 hingga 20 tahun kemudian. Sebab pada usia itu, mulut rahim masih dalam kondisi terbuka, sedangkan pada usia 18 tahun ke atas sudah tertutup.

Dengan demikian, dia meminta setiap perempuan agar segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mencegah terjadinya kanker rahim yang merupakan infeksi virus yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual termasuk melalui vaginal, anal, dan oral karena banyak orang terinfeksi tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi dan bisa menularkan ke pasangannya meskipun tidak memiliki gejala apapun.

Baca juga: Vaksinasi kanker serviks berskala nasional digelar tahun depan

“Oleh karena itu, kami terus menggencarkan sosialisasi perempuan kalau menikah usianya di atas 21 tahun dan melakukan pemeriksaan kesehatan minimal tiga bulan sebelum menikah, Insya Allah sudah aman, tidak akan terjadi kanker serviks dan tahu kondisinya apakah anemia atau tidak sehingga bisa melahirkan generasi yang bebas stunting,” kata Hasto.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan akan memberikan tambahan imunisasi rutin secara gratis kepada masyarakat yang semula 11 vaksin menjadi 14 vaksin.

Vaksin tambahan itu adalah vaksin Human Papilloma Virus (HPV) untuk mencegah kanker serviks pada perempuan yang ditujukan untuk sasaran anak usia kelas 5 dan 6 SD dan vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) bertujuan untuk mencegah penyakit radang paru, radang selaput otak, dan radang telinga yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus.

Ada pula vaksin Rotavirus untuk mencegah diare berat dan komplikasinya yang disebabkan oleh virus Rota.

“Imunisasi merupakan cara yang paling tepat dan murah untuk mencegah kematian ibu dan anak. Vaksinasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang lebih murah dan lebih efektif daripada intervensi ketika seseorang sudah masuk perawatan di rumah sakit,” ucap Budi.

Baca juga: Perempuan jangan takut periksa demi cegah kanker sejak dini

Sebelumnya, pemerintah memberikan vaksin HPV pada sasaran kelas 5-6 SD dengan harapan lebih efektif karena belum menstruasi. Pada 2022, vaksin HPV akan diberikan di 131 kabupaten/kota yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Bali.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022