• Beranda
  • Berita
  • Kemenkes jaga akurasi jumlah kasus hepatitis misterius dengan NAR

Kemenkes jaga akurasi jumlah kasus hepatitis misterius dengan NAR

23 Mei 2022 17:18 WIB
Kemenkes jaga akurasi jumlah kasus hepatitis misterius dengan NAR
Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR bersama Kementerian Kesehatan di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Senin (23/5/2022). (FOTO ANTARA/Andi Firdaus).

Apakah jumlah kasus 'under counting' seperti COVID-19 pada awal dulu, kita sudah siasati dengan pemeriksaan NAR,

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjaga akurasi perhitungan jumlah kasus hepatitis akut misterius pada anak di bawah usia 16 tahun menggunakan sistem "big data" New All Record (NAR) yang terafiliasi dengan jaringan laboratorium di Indonesia.

"Apakah jumlah kasus 'under counting' seperti COVID-19 pada awal dulu, kita sudah siasati dengan pemeriksaan NAR," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat sesi tanya jawab dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Senin siang.

Ia mengatakan NAR selama pandemi COVID-19 telah digunakan pemerintah untuk menampung hasil pemeriksaan laboratorium pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia.

Hingga saat ini, sudah ada 742 laboratorium yang terafiliasi dengan Kemenkes dan memasukkan data ke dalam NAR. Data siapapun yang melakukan tes COVID-19 atau vaksinasi di tempat tersebut, akan dimasukkan ke dalam sistem NAR.

Wamenkes melaporkan hingga saat ini terdapat 14 kasus diduga hepatitis akut yang ditemukan hingga 20 Mei 2022 di Indonesia. Sebanyak empat kasus di antaranya dilaporkan meninggal, sedangkan sisanya masih dalam perawatan dan observasi laboratorium.

Menurut dia penyebab hepatitis akut belum diketahui. Namun, ciri-ciri yang ditemukan pada penderita di Indonesia umumnya kulit berwarna kuning, urine berwarna seperti teh, demam dan lemas.

Ia mengatakan tiga kasus pertama di Indonesia ditemukan pada 27 April 2022. Ketiganya adalah anak-anak usia di bawah 16 tahun dan seluruhnya telah meninggal dunia.

Laporan kasus hepatitis misterius pada anak melalui sistem NAR kemudian berlanjut pada proses penyelidikan epidemiologi Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mendeteksi pola spesifik tertentu pada hepatitis akut misterius.

Saat ini Kemenkes memiliki total ada 38 alat WGS, terdiri atas 14 unit alat bantuan dan 24 unit alat hasil pengadaan barang Kemenkes RI. "Sebanyak 24 unit alat WGS dari dana global fund 22 juta US dolar, sepenuhnya digunakan untuk pembelian alat WGS," katanya.

Menurut dia Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah memberikan panduan terkait definisi kasus tersebut di antaranya discarted di mana virus hepatitis A, B, C, D dan E terdeteksi atau muncul etiologi lain yang terdeteksi.

"Kita bisa tunjukkan bahwa ada 19 kasus yang akhirnya jadi discarted. Mereka laporkan kasus kuning pada anak, tetapi karena diketahui penyebabnya akhirnya discarted karena hepatitis biasa, ada leukimia, karena obat dan sebagainya," katanya.

Definisi kasus lainnya adalah "pending classification" karena sedang menunggu hasil laboratorium untuk hepatitis A-E. SGOT/SGPT (radang hati) di atas 500 IU/L, pasien berusia di bawah 16 tahun.

Selanjutnya definisi Epi-Linked di mana virus non hepatitis A-E, segala usia, atau kontak erat dengan kasus probable sejak 1 Oktober 2021.

Definisi yang paling mendekati hepatitis akut misterius saat ini adalah probable yang dibuktikan dengan hasil laboratorium non hepatitis A-E, SGOT/SGPT di atas 500 IU/L, usia di bawah 16 tahun dan kasus terjadi sejak 1 Oktober 2021.

"Untuk definisi kasus konfirmasi hingga kini sedang diteliti oleh para pakar kesehatan," demikian Dante Saksono Harbuwono.

Baca juga: Kemenkes: Dugaan hepatitis akut di Indonesia bertambah 14 kasus

Baca juga: Kemenkes nyatakan reinfeksi hepatitis akut memungkinkan terjadi

Baca juga: Pemerintah tidak tutup sekolah karena hepatitis akut

Baca juga: Kemenkes: 9 kasus hepatitis akut RI masuk kriteria "pending" WHO

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022