"Pada umumnya wilayah NTT telah berada pada musim kemarau dengan suhu yang terik dan panas sehingga berpotensi memicu meluasnya karhutla," kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang BMKG Agung Sudiono Abadi di Kupang, Selasa.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan prospek cuaca selama satu minggu ke depan (31 Mei-6 Juni 2022) di NTT.
Baca juga: BMKG imbau warga waspadai potensi karhutla di tujuh daerah di NTT
Agung menjelaskan bahwa posisi matahari saat ini berada di belahan bumi utara dan wilayah NTT telah berada pada periode musim kemarau.
Fenomena gelombang atmosfer atau Madden Julian Oscillation (MJO), kata dia, juga berada di Kuadran 6 (W. Pacific) sehingga kurang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia termasuk NTT.
"Kondisi periode musim kemarau ini perlu diantisipasi karena rawan terjadinya karhutla," katanya.
Baca juga: Peringatan dini karhutla di 20 kabupaten/kota di NTT disampaikan BMKG
Di daerah rawan karhutla, kata dia, kondisi alang-alang atau dedaunan yang biasanya menutupi lantai hutan dalam kondisi sangat kering dan sangat mudah terbakar.
Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan titik api di area terbuka yang terdapat rumput atau dedaunan kering.
Agung mengatakan munculnya karhutla umumnya terjadi akibat aktivitas manusia baik disengaja maupun tidak, seperti membuka lahan pertanian atau perkebunan dengan cara membakar, membuang puntung rokok di tumpukan rumput atau daun kering.
Baca juga: BMKG sebut 136 titik panas di NTT
"Oleh karena itu, kami imbau warga agar menghindari kegiatan seperti ini karena dapat memicu munculnya titik api yang dapat meluas dengan cepat, apalagi dengan adanya angin kencang yang bersifat kering saat musim kemarau," katanya.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022