"Ambassador Uni Eropa Vincent Piket bertemu saya mendiskusikan kerjasama antara Indonesia dan Eropa di bidang digital. Ada beberapa hal yang kami diskusikan," ujar Johnny di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Selasa.
Baca juga: EU tegaskan komitmen dukung kesuksesan presidensi Indonesia di G20
Johnny memaparkan, pertemuan tersebut di antaranya membahas potensi kerjasama mulai dari pembangunan infrastruktur hingga kemungkinan investasi yang dilakukan oleh Uni Eropa di dalam negeri.
Dia mengatakan Uni Eropa memiliki sistem keuangan yang kuat dan pembiayaan yang besar. Bank Investasi Eropa (European Investment Bank/EIB), kata dia, saat ini telah berinvestasi sekitar 500 juta dolar AS dan bisa terus berkembang hingga 1 miliar dolar AS.
"Bapak Duta Besar tadi menyampaikan EIB ini punya portofolio yang sangat besar yang akan bisa 1 miliar dollar lebih yang bisa diinvestasikan di Indonesia, karena ya tentu saya membuka ruang untuk investasi di sektor digital," ucap Johnny.
Baca juga: Kemajuan Indonesia melawan tindak penyiksaan dipuji Dubes EU
Johnny mengatakan ruang investasi di sektor digital yang dibuka mulai dari upstream infrastruktur teknologi informasi komunikasi, seperti fiber optik, microwave link, satelit, hingga base transceiver station (BTS).
Selain itu, turut dibuka ruang investasi di sektor downstream infrastruktur teknologi informasi komunikasi, seperti pusat-pusat data, baik pusat data bagi pemerintah maupun pusat data sektor privat.
Johnny mengatakan bahwa Indonesia termasuk negara dengan konsumsi data per kapita yang masih sangat kecil, yakni hanya sekitar 1 watt per kapita. Sebagai perbandingan, konsumsi data per kapita di Jepang sebesar 10 watt per kapita. Dengan demikian, terdapat potensi pengembangan sebesar 10 kali lipat.
"Nah pengembangan 10 kali lipat itu setara dengan sekitar 3 gigawatt listrik, 3 gigawatt itu kan sudah miliar dollar investasinya, ini peluangnya besar. Jadi ada potensi investasi di sektor hulu digital dan potensi investasi di sektor hilir digital yang bisa ikut sertakan EIB untuk mengambil bagian dalam pembiayaannya," kata Johnny.
Baca juga: Dubes Uni Eropa: pasar tenaga kerja saat ini lemah karena pandemi
Hal lain yang didiskusikan dalam pertemuan tersebut adalah parameter terkait legislasi, tentang aturan atau sistem, baik di Indonesia maupun di Uni Eropa yang memiliki "nafas" sama yang memungkinkan dijadikan sebagai payung untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di bidang digital.
"Kerja sama antara Indonesia dan Uni Eropa ini perlu dari waktu ke waktu terus kita tingkatkan, apalagi di saat-saat di mana pandemi COVID-19 sudah menjadi lebih landai, justru kita harapkan ini bisa ditingkatkan," kata dia.
Pembahasan yang terakhir, kata Johnny, tentang peran serta Uni Eropa dalam pembahasan di dalam forum Digital Economy Working Group (DEWG) G20.
Johnny menantikan kehadiran tokoh-tokoh pengambilan keputusan dari Uni Eropa dalam rapat tingkat menteri di forum DEWG G20 yang akan dilaksanakan di Bali pada September mendatang.
"Itu yang kami diskusikan dan tentu ada hal-hal lain terkait relasi hubungan yang baik antara Indonesia dan Uni Eropa," ucap Johnny.
Baca juga: Menko Airlangga: Inovasi digital buat ekonomi tumbuh lebih tangguh
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket mengatakan Indonesia merupakan negara dengan perekonomian yang besar dan berkembang pesat, serta memiliki potensi pengembangan yang luar biasa di bidang digital dan komunikasi.
Untuk itu, kata dia, diperlukan legislasi yang dapat beradaptasi dengan keadaan yang berkembang saat ini.
"Dan kami percaya bahwa dari sisi Uni Eropa kami dapat mendukung Indonesia dan tujuan itu. Kami akan membangun sistem yang sangat canggih untuk menyusun pasar digital dan layanan digital guna mendorong persaingan untuk melindungi hak data dan privasi, serta topik sensitif lainnya," kata dia.
Vincent juga berharap dapat memperluas kontribusi, baik oleh perusahaan Eropa maupun pemberi pinjaman Eropa ke sektor digital di Indonesia.
"Ada rencana investasi dan pengembangan yang sangat dinamis yang dikembangkan oleh Menteri dan timnya, dan kami sangat ingin membawa lebih banyak perusahaan Eropa, serta Bank Investasi Eropa untuk mewujudkan perkembangan itu," kata Vincent.
Baca juga: BIN bangun "smart campus" dengan terapkan teknologi digital
Lebih lanjut, Vincent juga mengatakan bahwa pihaknya ingin berkontribusi aktif untuk menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia.
"Kami melihat kemajuan yang baik dalam kelompok kerja dan kami sangat ingin menyediakannya untuk Indonesia dan anggota G20 lainnya semua pengetahuan dan pengetahuan kebijakan yang telah kami bangun di Eropa," ujar Vincent.
Sebagai pengampu Kelompok Kerja Ekonomi Digital (DEWG) dalam pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun ini, Komunikasi dan Informatika mengangkat tiga isu prioritas yakni Konektivitas Digital dan Pemulihan Pascapandemi COVID-19, Literasi Digital dan Keterampilan Digital, serta Arus Data Lintas Negara dan Arus Bebas Data secara Terpercaya.
Memasuki revolusi industri 4.0, teknologi digital menjadi salah satu modal utama yang dibutuhkan oleh para pelaku industri di berbagai negara untuk mengembangkan lini usaha mereka. Kehadiran industri 4.0 pun menjadi bukti bahwa saat ini perkembangan industri tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi.
Kolaborasi dengan negara-negara dunia, terutama di bidang digital dianggap sangat perlu dilakukan guna membawa dampak perubahan yang lebih baik pada perekonomian Indonesia.
Baca juga: Kominfo ajak Cisco perkuat keamanan teknologi digital Indonesia
Baca juga: Kominfo buka pelatihan bidang tekfin
Baca juga: EdWG G20 bahas terkait peningkatan infrastruktur dan kapasitas SDM
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022