Sayuti dan harapannya tentang rumah layak huni

10 Juni 2022 19:47 WIB
Sayuti dan harapannya tentang rumah layak huni
Sayuti (52) saat ditemui di rumahnya di kawasan Kedoya Selatan, Jakarta Barat, Jumat (10/6/2022).(ANTARA/Walda)

Pokoknya kalau rumah sudah selesai, saya rencananya mau menikah

Sayuti (56) tampak sumringah menunggu di depan rumahnya di Jalan Arteri Panjang Pesing Garden, Kedoya Utara, Jakarta Barat.

Sambil mengenakan kemeja abu-abu dan celana panjang penuh noda, dia siap menerima tamu terhormat hari itu, yakni Wali Kota Jakarta Barat, Yani Wahyu Purwoko.

Yani yang datang dengan baju koko putihnya langsung menyambut tangan terbuka Sayuti seraya mengajak bersalaman. Setelah bersalaman dan percakapan singkat, Sayuti mengajak Yani masuk ke rumahnya.

Bukan tanpa alasan Yani mengunjungi rumah Sayuti. Tujuan orang nomor satu di Jakarta Barat itu melihat kondisi rumah Sayuti lantaran bangunan tersebut akan dibedah ulang dalam program bedah rumah "Jumat Berfaedah".

Rumah Sayuti memang begitu rapuh dan kusam. Lapisan debu menutupi hampir seluruh sisi jendela depan dan tembok berawan hijau di dekat pintu utama.

Teras berlapis ubin pun tidak ada. Hanya ada tanah dan beberapa puing bebatuan yang terlihat berserakan di depan pintu.

Yani sempat masuk ke dalam rumah Sayuti. Yani dan beberapa pejabat lain harus berhati-hati lantaran atapnya begitu pendek. Menjinjit sedikit, mungkin kepala akan langsung terbentur langit-langit.

Kondisi di dalam rumah seluas 52 meter persegi (m2) itu sungguh mengenaskan. Tidak ada yang melepas alas kaki saat masuk lantaran bukan lantai yang menjadi dasar pijakan melainkan tanah dan puing bebatuan.

Menengok ke sebelah kiri, hanya ada batako berwarna abu-abu, tidak bercat layak sebagai tembok utama. Temboknya juga kusam. Debu langsung berterbangan ketika tembok disentuh tangan.

Melirik ke ruang utama, tidak ada bangku ataupun meja sama sekali. Lantainya pun hanya beralaskan semen berawan abu-abu.

Jika duduk bersila di sana, pasti celana akan kotor. Apa boleh buat, hanya itu yang bisa disiapkan Sayuti untuk menyambut tamu di ruang utama.

Baca juga: Rumah buruh jahit di Jakbar dapat bantuan

Kasur kusam
Beranjak dari ruang utama, ada lemari dan pemanas air (dispenser) yang berdiri bersanding. Lemarinya seperti miring, mungkin kaki di beberapa sisi sudah lapuk sehingga berdirinya tidak sejajar lagi.

Entah apa isi lemari tersebut. Yang pasti, kondisinya lemarinya sangat tua dan rapuh. Yani
diarahkan Sayuti untuk melirik ke kamarnya.

Kamarnya begitu sempit dan gelap. Hanya ada satu lampu kecil di atap yang diandalkan Sayuti untuk menerangi saat tidur.

Dia harus tidur di atas kasur kusam. Selain itu, tidak ada satupun bantal yang terlihat menghiasi kasur usang tersebut.

Bukan hanya soal kasur, atap seng yang menutupi kamarnya juga menjadi masalah tersendiri. Jika hujan deras, Sayuti harus rela kasurnya terbasahi air hujan yang masuk lewat lubang di atap.

Mau tidak mau, Sayuti harus cari tempat lain untuk melepas lelah.

Dengan suasana panas dan pengap, Yani 
kembali diarahkan Sayuti untuk melihat ke ruangan terakhir, yakni kamar mandi. Kondisi kamar mandi pun tidak kalah mengenaskan.

Memang kamar mandinya sudah dilapisi ubin. Namun mayoritas ubinnya sudah rusak. Tempat penampungan airnya pun begitu kotor. Begitu pula tempat pembuangan air.

Entah bagaimana cara Sayuti membersihkan diri di ruangan yang sempit dan kotor itu.

Sayuti menunjukkan satu demi satu ruangan dengan antusias, seakan tidak ada yang salah dari ruangan ruangan tersebut.

Yani mendengar dengan seksama semua penjelasan Sayuti tentang ruangan demi ruangan. Sesekali dia terlihat berhati-hati melangkah karena bagian dalam rumah masih dipenuhi bebatuan.

Baca juga: Pemkot Jakbar bedah 114 rumah warga yang tidak layak huni

Sejak kecil
Rumah itu sudah ditempati Sayuti selama 56 tahun. Sejak kecil hingga saat ini, dia tidak pernah beranjak dari rumah pemberian orang tuanya itu.

Namun seiring berjalannya waktu, rumah tersebut tidak lagi kokoh seperti sedia kala.

Banjir setinggi hampir satu meter kerap menggerogoti rumah tersebut hingga akhirnya kondisinya lapuk seperti saat ini.

Kini, hanya dia yang menempati rumah tersebut. Tidak ada istri, tidak ada anak. Hingga saat ini dia memang belum menikah.

Sayuti masih memiliki mimpi itu. Mimpi mempunyai istri dan anak seperti keluarga pada umumnya.

Namun kondisi rumah yang tidak layak ini sering menjadi pengganjal Sayuti untuk mengajak calon istri ke jenjang pernikahan.

"Susah karena kondisi begini. Kadang kita kalo bawa cewe ke rumah pengen tau, kita diputusin tengah jalan, yaudah," kata Sayuti.

Sayuti bisa apa?. Jika Sayuti punya uang cukup, mungkin dia sudah merubah kondisi rumahnya ini menjadi lebih baik.

Namun apa daya, Sayuti hanyalah seorang pekerja serabutan yang penghasilannya tidak menentu.

Baca juga: Pemkot Jakbar bedah 136 rumah tidak layak huni pada 2022

Mau menikah
Kini, Sayuti seperti mendapatkan harapan baru. Menerima bantuan bedah rumah seperti memberikan kesempatan baginya untuk mencari pasangan hidup dan menikah.

Tanpa sadar, bukan hanya tempat tinggal layak yang diberikan Pemerintah Kota Jakarta Barat kepada Sayuti melainkan harapan untuk mempunyai keluarga kecil yang hangat.

"Pokoknya kalau rumah sudah selesai, saya rencananya mau menikah," kata dia.

Yani pun menjanjikan rumah tersebut sudah bisa dihuni bulan depan. Selama satu bulan ini, Yani akan memindahkan Sayuti ke rumah kontrakan.

Biaya kontrakan per bulan pun akan dibiayai oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat.

"Ini pak, saya kasih uang untuk biaya kontrakan. Bapak nanti mengontrak kita biayai," kata Yani sambil memberikan amplop putih berisi uang kepada Sayuti.

Sayuti pun menyambut tangan Yani dengan penuh sumringah sambil mengucapkan kata terima kasih berkali-kali.

Baca juga: Warga Wijaya Kusuma bersyukur bedah rumah gratis dari Pemkot Jakbar

Bedah rumah
Yani memang tengah menggencarkan program bedah rumah bagi warga dalam kegiatan "Jumat Berfaedah" di wilayah Jakarta Barat.

Tujuan program tersebut, yakni memastikan warga Jakarta Barat mendapatkan hunian yang nyaman dan aman.

Dalam program tersebut, Yani menggandeng beberapa pihak seperti Suku Dinas (Sudin) Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan (Citata), Bazis dan Baznas, hingga Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) terkait untuk memantau pembangunan rumah.

Dalam program itu, Yani beserta jajarannya menyambangi rumah-rumah warga tidak layak di wilayah Jakarta Barat setiap hari Jumat.

Di sana dia melihat rumah yang akan dilakukan bedah secara gratis. Sebelum didatangi Yani, rumah tersebut memang sudah ditinjau oleh pihak kecamatan dan kelurahan untuk dipastikan layak mendapatkan bantuan bedah rumah.

Kegiatan ini sudah bergulir sejak Yani menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Barat (Jakbar) pada pertengahan 2021. Sejak itu pula, sudah puluhan rumah yang telah dibenahi oleh Pemkot Jakarta Barat.

Dia menargetkan bisa merenovasi 136 rumah tidak layak dalam satu tahun sehingga warga bisa mendapatkan hunian layak dan nyaman.

"Targetnya sekitar 1 kelurahan 2 rumah, jadi 136 rumah dalam setahun," kata dia.

Sejauh ini, menurut dia, masyarakat sangat antusias dengan program bedah rumah tersebut. Program ini akan terus dijalankan dengan konsisten demi menyejahterakan warga kurang mampu.
 

Pewarta: Walda Marison
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022