"Kita juga mendorong agar komunike dan hasil dari G20 ini bisa mendorong Indonesia untuk memastikan agar agenda adaptasi itu menjadi agenda yang juga sama pentingnya dengan mitigasi," kata Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhenwanthi dalam konferensi pers Hasil Pertemuan Kedua G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Indonesia tunjukkan kepemimpinan dalam pengelolaan lingkungan di G20
Laksmi menuturkan selama ini upaya yang dilakukan lebih fokus pada mitigasi perubahan iklim untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, padahal upaya untuk meningkatkan daya tahan atau resiliensi masyarakat terhadap perubahan iklim juga menjadi sangat penting.
Ia mengatakan hasil dari Presidensi G20 Indonesia pada 2022 tidak hanya berupa dokumen komunike atau deklarasi para pemimpin G20 di KTT G20 tapi Indonesia juga mendorong ada hasil lebih konkret berupa proyek-proyek kerja sama.
Komunike tingkat menteri akan menjadi masukan bagi penyusunan deklarasi para pemimpin G20 di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan pada November 2022.
Baca juga: Pertemuan ke-2 EDM CSWG G20 bahas adaptasi iklim hingga emisi GRK
"Saat ini sudah ada banyak komitmen dari negara-negara G20 dan negara-negara di luar G20 untuk mendukung proyek-proyek yang konkret yang nyata yang sesuai dengan tema yang dipilih oleh Indonesia," ujarnya.
Indonesia mengusung tiga isu prioritas dalam presidensinya di G20 yang bertemakan Recover Together, Recover Stronger (Pulih Bersama dan Lebih Kuat), yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi.
Baca juga: Pertemuan ke-2 EDM-CSWG G20 hasilkan dokumen awal terkait lingkungan
"Diharapkan, dari forum G20, akan ada hasil yang lebih konkret atau proyek kerja sama untuk masing-masing isu prioritas tersebut," katanya.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022