• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Anak wasting dan stunting dapat tingkatkan angka kesakitan

Dokter: Anak wasting dan stunting dapat tingkatkan angka kesakitan

8 Juli 2022 19:37 WIB
Dokter: Anak wasting dan stunting dapat tingkatkan angka kesakitan
Ilustrasi - Kasus stunting yang menyebabkan pertumbuhan anak tidak normal sesuai usianya. ANTARA/HO.

Performa di sekolah menjadi lebih rendah

Dokter RSUP Sanglah Denpasar, I Gusti Ayu Putu Eka Pratiwi menyampaikan bahwa anak yang mengalami wasting (kurus) dan stunting (kekerdilan) dapat menyebabkan angka kesakitan meningkat.

"Wasting dan stunting adalah suatu kondisi malnutrisi, sudah tentu tidak baik-baik saja," ujar I Gusti Ayu Putu Eka Pratiwi dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.

Ia mengemukakan, dampak jangka waktu pendek pada anak yang mengalami wasting dan stunting seperti penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga mudah sakit, dan pemulihannya lebih sulit dibandingkan dengan anak-anak yang status gizinya normal.

"Nah sudah tentu angka kesakitan dan kematian anak-anak yang stunting ataupun wasting akan lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang status nutrisinya baik," tuturnya.

Ia menambahkan, kondisi stunting merupakan dampak jangka panjang dari wasting pada anak. Dengan demikian, kondisi itu dapat menyebabkan kemampuan intelektualnya menjadi berkurang.

Baca juga: Dokter: Genetik menyumbang 16 persen terjadinya wasting pada anak

Baca juga: Hargai 1.000 hari pertama kehidupan agar anak terbebas masalah gizi

"Performa di sekolah menjadi lebih rendah dibanding anak-anak dengan riwayat tanpa stunting atau wasting," paparnya.

Beranjak dewasa, lanjut dia, kemampuan kerja anak-anak dengan riwayat wasting atau stunting biasanya tidak sebaik dibanding anak-anak dengan riwayat tanpa stunting atau wasting.

"Dan pada usia semakin tua akan terjadi suatu kondisi kelainan metabolik, risikonya akan lebih tinggi dibanding kondisi anak-anak tanpa riwayat wasting ataupun stunting, salah satunya obesitas, kencing manis. Ini harus kita cegah," katanya.

​​​​​​Sebelumnya, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, bila ditinjau menurut standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), hanya Provinsi Bali yang mempunyai status gizi berkategori baik dengan prevalensi stunting 10,9 persen dan prevalensi anak sangat kurus (wasting) mencapai tiga persen.
 
Ia meminta keluarga untuk lebih menghargai masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak agar terbebas dari masalah gizi.
 
"Dalam 1.000 HPK kemampuan dasar manusia berkembang. Jika terganggu prosesnya terjadi stunting," katanya.
 
Waktu 1.000 HPK seorang anak dapat dihitung sejak sel telur bertemu dengan sperma hingga setelah anak lahir. Artinya, terdapat 280 hari atau 40 minggu dalam kandungan dan 720 hari hingga anak berusia hampir dua tahun, tambahnya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022