Mengingatkan diri kita lagi bahwa populasi lebih dari sekadar angka
The United Nations Population Fund (UNFPA) mengatakan perubahan demografi penduduk secara global harus difokuskan melalui peningkatan kualitas kemampuan dan taraf kehidupan bukan hanya sekadar pencapaian angka dalam data.
“Saya mengajak untuk fokus bukan pada angka dan tingkat, tapi pada bagaimana kita bisa bekerja sama untuk memanfaatkan kesempatan yang di bawah perubahan demografi ini, mengatasi semua potensi tantangan, sehingga kita semua bisa hidup dengan bermartabat,” kata UNFPA Indonesia Representative Anjali Sen saat ditemui ANTARA dalam Peringatan Hari Kependudukan Dunia 2022 di Jakarta, Senin.
Menanggapi prediksi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyatakan akan ada delapan miliar orang yang hidup di bumi pada November tahun 2022, Anjali menuturkan dunia harus bisa memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan investasi dalam pembangunan manusia beserta segala bentuk hak yang dimiliki.
Apalagi pada masa kini, dunia telah mengalami banyak kemajuan baik dari sisi teknologi maupun masyarakat selama beberapa dekade terakhir. Banyak orang jadi terdidik dan menikmati hidup yang lebih sehat dan sejahtera daripada sebelumnya.
Sayangnya, segala pencapaian itu terus beriringan dalam sejumlah masalah yang mengkhawatirkan, seperti demografi penduduk. Meski jumlah populasi dunia mengalami penambahan, kualitas masyarakat masih harus ditingkatkan.
Baca juga: Indonesia-UNFPA-Jepang kerja sama wujudkan pembangunan berkelanjutan
Baca juga: UNFPA: Pastikan pemuda miliki pengetahuan kontrasepsi yang benar
Misalnya, perempuan masih masuk dalam kelompok rentan yang tidak bisa melindungi hak-haknya mengambil keputusan atas tubuh, kehidupan dan masa depannya sendiri. Perempuan tidak bisa mengutarakan keinginannya dalam merencanakan kehamilan, sulit mengakses informasi ataupun mendapat pendudukan yang layak.
Sama halnya dengan jumlah lansia terus meningkat, namun masih memiliki kualitas rentan. Banyak di antaranya yang tidak dapat hidup produktif, belum bisa mandiri dan terpinggirkan.
Indonesia sendiri sedang mengalami pertumbuhan penduduk yang didominasi oleh kaum muda di saat banyak negara menghadapi penuaan penduduk. Sekitar dua pertiga penduduk dunia kini hidup di negara atau daerah dengan fertilitas di bawah tingkat penggantian, atau lebih sedikit dari 2,1 kelahiran per seorang perempuan.
“Kita harus belajar dari sejarah untuk mencegah kesalahan yang sama yang dilakukan para pendahulu kita. Marilah kita mengingatkan diri kita lagi bahwa populasi lebih dari sekadar angka,” ucap Anjali.
Dengan investasi yang dilakukan sejak masa kini, Anjali menjelaskan bahwa investasi dapat membantu dunia menciptakan hidup yang penuh dengan kemakmuran dan mewujudkan perdamaian di masa depan.
Dunia harus menghindari memperburuk ketidaksetaraaan dengan mengambil langkah-langkah yang mengikis hak asasi manusia, dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan memitigasi potensi negatifnya.
Manusia memiliki kapasitas untuk menjadi tangguh dalam menghadapi perubahan-perubahan demografi. Terutama dalam mengambil keputusan matang tentang kesehatan reproduksi, kemampuan untuk menggunakan hak dan tanggung jawab.
Manusia dapat mengubah norma-norma diskriminatif ini dengan yang lebih adil dan memastikan hak dan pilihan bagi semua.
“Ketika transformasi ini terjadi, kita bisa menciptakan ekonomi yang melayani semua orang, tidak hanya orang-orang tertentu. Kita bisa memenuhi kebutuhan generasi-generasi masa kini dan masa depan ketika kita membuat kebijakan-kebijakan dan mengambil tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi semua,” ujar Anjali.
Baca juga: UNFPA: Dunia akui peran BKKBN atasi masalah kependudukan
Baca juga: UNFPA dorong negara-negara berbagi solusi selesaikan masalah kependudukan
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022