• Beranda
  • Berita
  • Kemajuan digitalisasi harus dibarengi etika digital

Kemajuan digitalisasi harus dibarengi etika digital

11 Juli 2022 20:42 WIB
Kemajuan digitalisasi harus dibarengi etika digital
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalillah dalam webinar literasi digital "Indonesia Makin Cakap Digital" yang dihelat secara virtual oleh Kementerian Kominfo untuk komunitas digital Bali-Nusa Tenggara, Senin (11/7/2022). (ANTARA/HO/Siberkreasi)
Kemajuan teknologi digital akan membawa manfaat yang sangat besar apabila dibarengi dengan penerapan etika digital oleh para pelakunya, sebagaimana terangkum dalam literasi digital yang sedang digencarkan pemerintah bersama komunitas. 

"Tanpa itu, maka kemajuan teknologi digital justru akan membawa mudharat," kata Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalillah dalam webinar literasi digital "Indonesia Makin Cakap Digital" yang dihelat secara virtual oleh Kementerian Kominfo untuk komunitas digital Bali-Nusa Tenggara, Senin.

Menurut Sitti, kehadiran etika penting sebagai pengingat bahwa hakikat teknologi adalah anugerah bagi manusia.

Dalam diskusi virtual bertajuk ”Bijak Berinteraksi di Sosial Media”, Sitti Rohmi menyatakan, pandemi COVID-19 yang kini masih melanda juga harus dilihat sebagai berkah. Lantaran pandemi telah memungkinkan terjadinya percepatan penyemaian teknologi komunikasi digital (digitalisasi).

Baca juga: Pentingnya berpikir kritis untuk hindari penipuan digital

Meski begitu, menurut Sitti, persoalan digitalisasi sejatinya ada pada apakah kemajuan teknologi ini membawa manfaat? Jawabannya adalah ada pada etika digital yang terangkum dalam literasi digital.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi. Kegiatan yang diagendakan digelar hingga awal Desember nanti diharapkan mampu memberikan panduan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.

Wakil gubernur NTB itu menambahkan, selain etika, aktivitas digital juga membutuhkan kompetensi literasi digital terkait netiket atau etika berkomunikasi lewat internet.

Kompetensi dimaksud antara lain, mengakses informasi sesuai netiket, kemampuan menyeleksi dan menganalisis informasi saat berkomunikasi, maupun kompetensi memahami netiket sebagai upaya untuk membentengi dampak buruk.

Bagi Sitti, ruang lingkup etika itu meliputi kesadaran mengenai tujuan, tanggung jawab dalam menggunakan media digital, adanya kejujuran, serta kebajikan. "Berani bertanggung menghadapi persoalan, tidak melakukan plagiasi, dan menebarkan kebaikan," jelasnya.

Sitti berpesan agar para netizen mampu membedakan antara etika (berlaku meskipun sendirian) dan etiket (berlaku ketika berhubungan dengan orang lain). Selain itu, netizen juga diharapkan tidak menebar konten negatif, seperti melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan atau pengancaman.

"Termasuk, tidak menyebar kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA, penyebaran berita bohong sehingga mengakibatkan kerugian," pungkasnya.

Kegiatan webinar yang merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten itu, membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama, yakni digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Dari perspektif kecakapan digital (digital skills), penyanyi yang juga influencer Nelly Carey menyoroti pentingnya perlindungan hak cipta di ranah digital. Menurut Nelly, revolusi digital yang ditandai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi digital harus disertai kesadaran pemahaman terkait kekayaan intelektual, khususnya hak cipta.

Menurut Nelly, kekayaan intelektual merupakan karya yang lahir dari kemampuan olah pikir (intelektual) manusia, berupa karya-karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. "Sehingga, menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk kepentingan manusia dan memiliki manfaat ekonomi," kata Nelly yang kali ini sebagai key opinion leader itu.

Sejak diselenggarakan pada 2017, program Gerakan Literasi Digital Nasional telah menjangkau 12,6 juta orang unsur masyarakat. Pada tahun 2022 ini, Kominfo menargetkan pemberian pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta warga Indonesia.

Dipandu oleh host Annisa Rilia, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Plt. Kepala Dinas Kominfo Provinsi NTB Baiq Nelly Yuniarti.

Baca juga: Program pembudayaan literasi digital perlu diperkuat

Baca juga: PBNU dan Kominfo hadirkan kelas literasi digital lewat lima lembaga

Baca juga: Etika di ruang digital berperan jaga keamanan Tanah Air

Pewarta: Suryanto
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022