pola konsumsi yang salah ini akan menyumbang gangguan-gangguan kesehatan pada anak
Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) menggandeng PP Aisyiyah untuk membantu pemerintah dalam mempercepat penurunan stunting hingga 14 persen pada 2024.
“Sasaran edukasi tidak hanya untuk daerah dengan angka stunting yang tinggi saja, namun daerah-daerah dengan angka stunting yang rendah bahkan yang nol persen stunting pun tetap perlu diberikan edukasi,” ujar Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Arif menjelaskan hasil temuannya di beberapa daerah, ada yang angka stuntingnya tinggi akan tetapi ASI ekslusifnya juga tinggi. Kemudian ada daerah yang angka stuntingnya rendah namun ditemukan kesalahan pola makan anak seperti anak terbiasa konsumsi susu kental manis sebagai minuman sehari-hari.
“Hal itu memang tidak langsung terjadi stunting. Tapi pola konsumsi yang salah ini akan menyumbang gangguan-gangguan kesehatan pada anak kelak, seperti obesitas, diabetes, jantung,” terang dia.
Baca juga: BKKBN: Ketepatan program dan sasaran jadi kunci penurunan stunting
Baca juga: BKKBN: BOKB dan MPASI perlambat turunnya angka kekerdilan
Sebelumnya, YAICI memberikan edukasi gizi pada sebanyak 300 kader kesehatan Aisyiyah di Riau. Edukasi tersebut dalam bentuk sosialisasi secara menyeluruh, pembekalan kader dengan metode Training of Trainers, hingga edukasi langsung ke masyarakat di Pekanbaru.
Data hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi balita yang mengalami stunting di Kota Pekanbaru sekitar 11 persen. Angka tersebut lebih rendah dari prevalensi stunting nasional sebesar 24 persen. "Meski demikian, edukasi mengenai pemenuhan gizi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan sebagai upaya pencegahan stunting tetap perlu dilakukan," katanya.
Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru, Muhammad Jamil, mengatakan pihaknya mendukung penuh kegiatan edukasi yang dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat.
Baca juga: Kowani sebut perlu kolaborasi untuk atasi permasalahan stunting
Baca juga: Himpitan ekonomi akar stunting di Kabupaten Bekasi
Jamil menambahkan organisasi dengan kader-kader yang banyak bergerak di bidang kesehatan seperti Aisyiyah dapat berperan menjadi bagian dalam upaya mengejar target penurunan stunting di Pekanbaru sebesar enam persen.
Jamil juga mengakui, Kota Pekanbaru masih belum lepas dari kemiskinan yang menjadi salah satu faktor penyumbang kejadian stunting dan gizi buruk. Selain itu, pemahaman masyarakat mengenai stunting serta makanan bergizi juga masih rendah.
Oleh karena itu, ia berharap hasil penelitian mengenai gizi dan konsumsi kental manis pada balita dapat menjadi masukan dalam mengatasi persoalan stunting di Kota Pekanbaru.
Baca juga: BKKBN-Kimia Farma-Dompet Dhuafa bangun program bidan inspiratif
Baca juga: Morowali Utara atasi stunting lewat Gempar
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022