Dengan cara pembangunan diciptakan untuk membuka lapangan pekerjaan
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah meminta pembangunan Jakarta lebih diarahkan ke pemberdayaan masyarakat.
Dia menilai berbagai megaproyek seperti pembangunan Jakarta International Stadium (JIS), pembangunan Sirkuit Formula E dan lainnya, belum terasa efeknya bagi masyarakat miskin.
"Untuk mengatasi tingkat kemiskinan di Jakarta yang meningkat belakangan, saya melihat Pemprov DKI harusnya mengalihkan pembangunan yang mengeluarkan anggaran cukup besar pada berbagai megaproyek untuk dialihkan ke penanganan ketahanan dan pemberdayaan masyarakat miskin," kata Trubus saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Termasuk, kata Trubus, adalah dana penanganan COVID-19 yang terbuka untuk penanganan masyarakat kategori miskin seperti gizi buruk.
Langkah selanjutnya untuk menyelesaikan kemiskinan, kata dia, diperlukan kebijakan politik (political will) yang mendukung mengingat sampai saat ini ada pembangunan yang kurang tepat sasaran.
Selain itu, kebijakan yang tidak tepat juga akhirnya membuat gagal usaha pengendalian harga-harga di masyarakat yang terus meningkat.
Jakarta saat ini selalu menekankan pembangunan pada yang berbau 'smart city' tetapi lupa kepada masyarakat yang seharusnya diperhatikan juga. "Dengan cara pembangunan diciptakan untuk membuka lapangan pekerjaan," katanya.
Baca juga: Wagub DKI: Kemiskinan di Jakarta bertambah akibat pandemi
Baca juga: 135.345 penduduk DKI Jakarta tergolong miskin ekstrem
Baca juga: Wagub DKI: Kemiskinan di Jakarta bertambah akibat pandemi
Baca juga: 135.345 penduduk DKI Jakarta tergolong miskin ekstrem
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengungkapkan jumlah penduduk miskin di Ibu Kota bertambah 3.750 orang menjadi total 502,04 ribu orang atau sekitar 4,69 persen dari total jumlah penduduk Jakarta, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2022.
"Bertambahnya jumlah penduduk miskin ini di antaranya disebabkan penurunan daya beli masyarakat karena dampak pandemi COVID-19," kata Kepala BPS DKI Anggoro Dwitjahyono di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, penurunan daya beli tersebut salah satunya dipicu tingginya inflasi secara umum pada periode September 2021 hingga Maret 2022 mencapai 1,78 persen.
Sedangkan pada kelompok bahan makanan pada periode yang sama juga tercatat mengalami kenaikan harga mencapai 3,51 persen.
Apabila dibandingkan pada posisi September 2021, angka kemiskinan di Jakarta itu naik 0,02 persen yang saat itu mencapai 498,29 ribu orang.
Baca juga: BPS DKI ungkap kemiskinan di Jakarta bertambah 3.750 orangBaca juga: Pemerintah kota dan kabupaten di DKI diminta inovatif atasi kemiskinan
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022