Para pemilik warung Tegal (warteg) mengharapkan pemerintah mengantisipasi kelangkaan elpiji (LPG) 3 kilogram imbas kenaikan harga komoditas tersebut untuk kategori non subsidi.Ini yang dikhawatirkan. Sudah mulai banyak yang kesusahan
Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengatakan, elpiji ukuran 3 kilogram (kg) dibutuhkan oleh pemilik warteg untuk memmbuat beragam menu makanan.
"Sudah mulai ada (kelangkaan), tapi belum terlalu. Makannya tolong dijaga, supaya enggak langka. Sudah mulai susah," kata Mukroni di Jakarta, Jumat.
Mukroni menambahkan, para pemilik warteg berharap pemerintah dapat mencegah agar tidak ada oknum yang memanfaatkan elpiji subsidi 3 kilogram setelah kenaikan harga elpiji non subsidi.
"Ini yang dikhawatirkan. Sudah mulai banyak yang kesusahan," ujar Mukroni.
Baca juga: Bareskrim tangkap 14 pelaku penyalahgunaan LPG subsidi di Pulogebang
Baca juga: ESDM apresiasi Bareskrim Polri ungkap kasus penyalahgunaan LPG subsidi
Dia mengatakan, para pemilik warteg juga telah terbebani dengan naiknya harga bahan-bahan pokok seperti cabai, telur dan bawang.
Akibatnya banyak pemilik warteg yang mengurangi porsi menu untuk menyiasati mahalnya biaya produksi akibat langkanya elpiji 3 kilogram dan kenaikan harga bahan pokok.
"Makannya sekarang kita mengurangi takaran, tidak menaikkan harga," tutur Mukroni.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga elpiji non subsidi sekitar Rp2.000 per kilogram yang berlaku mulai 10 Juli 2022. Penyesuaian harga ini dilakukan mengikuti tren harga pada industri minyak dan gas dunia.
Adapun untuk gas elpiji 5,5 kg rata-rata harganya mencapai Rp100.000-Rp127.000 per tabung. Sedangkan untuk elpiji 12 kg rata-rata harganya mencapai Rp213.000-Rp270.000 per tabung dilihat berdasarkan wilayahnya.
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022