Psikolog Keluarga dari Rumah Dandelion Nadya Pramesrani mengingatkan orangtua untuk peka terhadap perkembangan sosial emosional anak terutama di masa transisi menuju pascapandemi COVID-19, demi memastikan si buah hati mampu beradaptasi saat kembali bersosialisasi dengan orang di sekitarnya.Secara umum kan (selama pandemi) banyak anak yang mengalami keterlambatan di aspek sosial emosional
"Yang perlu dilakukan ketika kita sudah di masa transisi ini adalah peka dulu terhadap kondisi anak. Secara umum kan (selama pandemi) banyak anak yang mengalami keterlambatan di aspek sosial emosional dan motorik," kata Nadya saat virtual media gathering, Kamis.
Menurut Nadya, kepekaan orangtua sangat penting agar dapat mengetahui tindakan atau stimulasi kreatif yang tepat untuk memecahkan masalah yang dialami anak.
Baca juga: Pushbike berpengaruh positif pada sosial emosi anak
Nadya memaparkan, beberapa masalah yang sering ditemui pada anak-anak di masa transisi di antaranya sulit lepas dari orangtua, takut bertemu orang baru atau anggota keluarga yang lama tidak ditemui, penurunan aktivitas fisik yang disertai peningkatan screen-time, perilaku dan suasana hati yang memburuk, hiperaktif, dan kurang fokus.
Nadya menjelaskan, ada beberapa cara untuk membantu anak agar mampu menghadapi masa transisi dan mengejar ketertinggalan dari aspek sosial emosional d dan motorik. Pertama, dengan memberikan asupan nutrisi yang tepat dan memadai.
"Ketika anak mulai keluar rumah, dari mulai ketemu sama banyak orang dari yang tadinya kurang beraktivitas fisik, somehow membuat anak-anak jadi rentan sakit," jelas Nadya.
"Karena dari yang tadinya di rumah aja kemudian ke luar rumah kan paparan mereka terhadap virus jadi lebih banyak atau lebih gampang capek. Jadi, yang harus dilakukan adalah pemberian nutrisi yang tepat," sambungnya.
Kedua, Nadya mengatakan penting untuk menetapkan struktur dan rutinitas baru sesuai dengan perubahan yang terjadi. Ini dilakukan agar anak merasa aman saat melakukan aktivitas baru dan mempermudah mereka dalam beradaptasi.
Baca juga: Kenal medsos lebih dini, 87 persen anak sudah bermedia sosial
"Buat anak, ketika terjadi perubahan, sebenarnya yang dia rasakan adalah ancaman karena dia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Makanya, memberikan rutinitas dan struktur keseharian yang baru dibutuhkan agar dia merasa aman dan ketika berinteraksi dengan orang lain mereka nyaman," ujar Nadya.
Ketiga, berikan stimulasi kreatif di rumah, misalnya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, terstruktur, dan bertujuan.
Keempat, berikan kesempatan agar anak dapat bergerak aktif sehingga dia dapat tumbuh sehat dan berani. Nadya mengatakan bahwa bagi anak di bawah usia 5 tahun, kebutuhan mereka untuk bergerak aktif adalah 300 menit per hari.
Baca juga: Kiat orangtua bantu kemampuan sosial anak di masa pandemi
"Karena di masa pandemi terjadi penurunan kesempatan untuk bergerak aktif, maka sekarang lah waktunya, mesti kita atasi," imbuh Nadya.
Menurut dia, saat anak bergerak aktif, maka akan menstimulasi rangsangan yang diterima otak dan membantu anak belajar lebih efektif.
Kelima, beri kesempatan agar anak melakukan interaksi dua arah untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional dan melatih kebaikan dari dalam diri anak.
"Bisa dilakukan di rumah, tapi akan lebih bermanfaat kalau dilakukan di luar rumah. Mungkin kayak sama bapak satpam di depan rumah misalnya, atau saat pergi menemani ibu ke supermarket lalu 'nak coba tanya kalau beli ini di mana'," ucap Nadya.
"Itu adalah hal-hal kecil yang bisa dilakukan setiap hari untuk memberikan kesempatan agar anak mampu berinteraksi dua arah dengan orang lain," tutup dia.
Baca juga: Pentingnya pahami perkembangan sosial emosional anak di masa transisi
Baca juga: Psikolog: Pandemi COVID-19 turunkan kemampuan sosial anak
Baca juga: Pentingnya pembelajaran sosial dan emosional untuk anak
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022