"Gempa bumi dan tsunami yang pernah terjadi pada masa lalu dapat diambil sebagai pelajaran dalam menata mitigasi bencana ke depan. Upaya mitigasi struktural dan non-struktural yang konkret harus diwujudkan guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang mungkin terjadi di masa mendatang," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono ketika dihubungi dari Labuan Bajo saat kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG) di Gedung Sikka Convention Center, Kota Maumere yang diikuti 50 peserta, Senin.
Baca juga: BPBD Sikka imbau warga tetap siaga meski status potensi tsunami turun
Daryono mengatakan wilayah Flores dan sekitarnya merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami secara tektonik. Di NTT terdapat sumber gempa sesar naik busur belakang. NTT juga dekat dengan sumber gempa Segmen Megathrust Sumba.
Berdasarkan catatan sejarah, tsunami terjadi lebih dari 22 kali di Bali, NTB, dan NTT. Pada 29 Desember 1820, gempa berkekuatan M7,5 berpusat di Laut Flores mengguncang NTB, NTT, dan Sulawesi. Gempa memicu tsunami di beberapa lokasi. Namun, di Bulukumba gempa berlangsung empat hingga lima menit, mengakibatkan tsunami 25 meter dan menewaskan sekitar 500 orang.
Selanjutnya tsunami Flores pada 12 Desember 1992 yang dipicu gempa M7,5 berpusat di laut, 35 km barat laut Kota Maumere. Gempa memicu longsor bawah laut membangkitkan tsunami menelan korban jiwa lebih dari 2.500 orang.
Gempa terkini, yakni Gempa Laut Flores M7,4 terjadi pada 14 Desember 2021 pukul 11.20 Wita. Gempa itu memicu tsunami kecil untuk wilayah pesisir sekitar Laut Flores dan menyebabkan setidaknya 346 rumah rusak berat.
Atas catatan sejarah itu, Kota Maumere yang juga pernah diterjang tsunami membutuhkan pengawalan dalam bentuk mitigasi bencana. Oleh karena itu, BMKG ingin meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan untuk mengenali potensi bencana dan mengelola mitigasi serta upaya risiko bencana.
"Jika pemangku kepentingan telah memahami potensi dan melakukan upaya mitigasi strategis, edukasi terhadap masyarakat bisa dilakukan dengan baik," ucapnya.
Baca juga: BMKG tingkatkan pemahaman waktu tiba tsunami di Kabupaten Sikka
Baca juga: BMKG survei peta rawan tsunami dan mikrozonasi di Kabupaten Sikka
Dalam paparan materinya, Daryono mengatakan mitigasi tsunami dapat dimulai dari pemahaman yang baik tentang peta bahaya tsunami dan peta evakuasi tsunami, peringatan dini tsunami, sirene tsunami, struktur bangunan tahan gempa dan tsunami, serta evakuasi mandiri. Pembacaan waktu tiba tsunami pun perlu dipahami oleh masyarakat dengan baik, sehingga bisa melakukan evakuasi mandiri sesuai jalur dan arah evakuasi.
Berdasarkan skenario model tsunami akibat gempa Sesar Naik Flores, jika terjadi gempa dengan kekuatan M7,4, status ancaman tsunami di Labuan Bajo, Manggarai, Flores, dan Alor ialah Siaga dengan tinggi antara 0,5 hingga tiga meter.
Selanjutnya, berdasarkan pemodelan atau skenario model gempa akibat Subduksi Megathrust Sumba dengan kekuatan M8,5, status ancaman tsunami di Sumba, Labuan Bajo, Manggarai, Sabu, Rote, dan Kupang ialah Awas dengan ketinggian di atas tiga meter.
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022