Menurut Lestari, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, peningkatan kesejahteraan keluarga tersebut harus menjadi perhatian serius pemerintah dalam mempercepat pembangunan karena setiap keluarga dalam suatu negara menentukan pembangunan daya tahan bangsa.
"Sebagai bagian terkecil dari masyarakat, kondisi setiap keluarga dalam satu negara sangat menentukan dalam upaya membangun daya tahan bangsa. Kesejahteraan keluarga harus mendapatkan perhatian serius," kata dia.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Peningkatan literasi digital percepat ekonomi tumbuh
Lestari menyampaikan berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2015 angka perceraian di Indonesia sebanyak 350 ribu.
Kemudian, lanjut dia, pada tahun 2018 angka perceraian mengalami kenaikan menjadi 450 ribu pasangan dan pada tahun 2021 melonjak menjadi 580 ribu pasangan.
Menurut Lestari, catatan dari BKKBN tersebut harus menjadi perhatian serius dari semua pihak di negeri ini karena kondisi yang semakin tidak menentu saat ini mulai berdampak pada peningkatan kehancuran ratusan ribu keluarga di Indonesia.
Baca juga: MPR: Ajakan pemerintah waspadai ancaman dampak krisis harus didukung
Dia mendorong para pemangku kepentingan agar segera mengidentifikasi akar masalah peningkatan perceraian yang terjadi dan segera merancang solusi yang dapat memperkuat keutuhan keluarga.
"Apakah peningkatan angka perceraian itu dipicu masalah internal atau eksternal dari keluarga atau bahkan kedua faktor itu penyebabnya," kata dia.
Lestari menilai kesiapan fisik dan mental pasangan yang akan membentuk sebuah keluarga harus benar-benar dipersiapkan pemerintah dan pemangku kepentingan melalui sejumlah mekanisme, seperti bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA).
Baca juga: Wakil Ketua MPR ingatkan tingkatkan daya adaptasi atasi krisis global
Selain itu, tambah dia, untuk meredam hantaman faktor eksternal yang dapat memengaruhi kondisi suatu keluarga, maka upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan keluarga harus dilakukan secara konsisten.
Contohnya, papar dia, hantaman pandemi COVID-19 dalam dua tahun terakhir memberi pelajaran bagi bangsa Indonesia bahwa faktor eksternal sangat memengaruhi kondisi setiap keluarga.
"Dengan demikian, berbagai upaya peningkatan daya tahan keluarga dari ancaman eksternal dan internal harus konsisten dan serius dilakukan karena keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil yang berperan penting dalam proses pembangunan bangsa," ujar dia.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022